Sekitar bulan Februari tahun 2015, Akademi Berbagi Jogja mengadakan ulang tahunnya yang ke 4. Saya dan teman-teman volunteer yang lain merencanakan sebuah acara untuk memperingati hari yang bahagia itu. Setelah diskusi, dipilihlah Pantai Watulawang karena pemandangannya yang indah dan masih sepi.

Pantai ini terletak di gugusan pantai Gunung Kidul, bersebelahan dengan pantai Indrayanti dan Pok Tunggal. Pantai ini belum terlalu banyak pengunjung dibanding dua pantai yang saya sebut tadi. Untuk menuju ke Pantai Watulawang, dari pantai Indrayanti ambil ke arah timur, ambil jalan kecil sampai mentok. Pasir di pantai ini putih dan halus, pantai ini terbagi dua ada yang kecil dan kalau kita sedikit ke timur terdapat hamparan pasir yang lebih luas. Di pantai ini juga terdapat Goa, jadi sekalian bisa lihat lihat goa sambil main main di pantai. Soal makan. di pantai ini terdapat warung yang menyediakan beberapa menu makanan dan tak lupa juga air kelapa. Seger !

Yang menurut saya menarik dari pantai ini adalah sunsetnya. Cahaya kuning keemasan sangat indah ketika turun perlahan menuju horizon. Pantai ini sangat cocok untuk teman teman yang suka beachcamp. Asik Banget ! fasilitas lengkap ! 

Indonesia begitu kaya, begitu banyak orang bilang. Saya pribadi sangat setuju dengan kalimat tersebut. Mungkin kita yang terlalu acuh untuk tidak menjelajahinya. Kali ini adalah pengalaman saya soal #rockfishing, olahraga yang sangat marak di pesisir Jogjakarta. Ini pengalaman kedua saya rockfishing, sebelumnya sudah pernah mencicipinya di awon-awon. Goa Langse merupakan tempat yang cukup ekstrim dengan jurang dan tebing sebagai teman perjalanan kita. Salah sedikit, nyawa melayang. Goa Langse terletak disebelah barat Pantai Parangtritis, ikuti saja jalan aspal ke arah barat lalu sampai ke pertigaan, ambil menuju arah Queen of south resort, naik saja terus, sampai ada landasan Parangndog, terus saja ikuti saja jalannya, sampai ke parkiran. Kita harus berjalan sekitar satu jam dari parkiran ke Goa Langse yang berada di bawah tebing ini. Harus siapkan fisik, karena jalurnya kebanyakan tangga dan kita harus berpijak ke batu dan berpegangan ke akar-akar pohon.

Perjalanan belum selesai, untuk mencapai spot mancing kita harus mendaki lagi karang dan harus menyeberang dengan tangga tanpa pengaman apapun, sangat berbahaya tapi seru. Kalau jatuh, ya bisa mati karena tingginya puluhan meter. Sampai dispot, saya kaget karena spotnya ya karang, hanya lebih dekat dengan permukaan air laut. Kalau ombak menghempas, karang bergetar. Tapi disini saya bisa melihat matahari dengan sangat jelas, tepat dipelupuk mata, bulat, secara berkala pulang ke peraduan.

Tidur diatas karang yang tajam, tanpa selimut, digigit oleh nyamuk di seluruh badan merupakan pengalaman yang lumayan unik, karena tidak setiap hari bisa dapet pengalaman seperti itu. Pagi disini juga indah, kalau beruntung kita bisa melihat monyet liar disekitar Goa. Soal mancing, abang saya berhasil mendapat sidat laut yang panjangnya 1.6 meter, gede banget ! saya dapet yang puluhan centi saja, itupun sudah ngos-ngosan. Abang saya pakai teknik dasaran, resikonya banyak yang nyangkut, berkali kali putus karena nyangkut di karang. Sebaiknya disini memancing menggunakan teknik popping, tapi abang saya belum berani karena kalau dimakan sama yang besar, bisa bisa abang saya yang nyemplung ketemu nyi roro kidul.

Saya tidak terlalu menyukai kopi hitam, tapi sangat menyukai kopi yang dicampur susu, contohnya latte ataupun cappuccino. Kali ini saya akan membahas cappuccino, dari sejarah dan cara membuatnya setahu saya. Beberapa waktu lalu dapat kesempatan mengikuti kelas cappuccino secara intensif di Studio Kopi, jadi saya coba tulis ilmu yang saya dapat disana. Semoga tulisan ini berguna untuk orang yang menyukai kopi khususnya Cappuccino

Cappuccino berawal dari biji biji kopi tentara Turki yang tertinggal setelah peperangan yang di pimpin oleh Kara Mustapha Pasha di Wina, Austria melawan tentara gabungan Polandia-Germania. Waktu itu, salah pasukan perang bernama Marco D'Aviano mencampur kopi dengan krim dan madu untuk menghalau rasa pahit. Warnanya berubah menjadi kecoklatan, mirip dengan Capuchin (topi) D'Aviano. Saat ini, kita mengenalnya sebagai cappuccino.

Untuk membuatnya gampang-gampang susah. Komposisi Cappuccino biasanya terdiri dari satu per tiga bagian kopi (espresso), satu per tiga bagian susu (yang sudah dipanaskan maksimal pada suhu 70’ C), dan satu per tiga bagian busa susu (milk foam), hasil dari proses frothing atau steaming susu itu sendiri. Yang paling sulit dalam pembuatan Cappuccino adalah saat frothing, karena dalam yang waktu singkat harus menghasilkan foam yang kira kira tebalnya 1-2cm. Ada dua jenis Cappuccino, dry Cappuccino dan wet Cappuccino. Dry cappuccino utamanya terbuat dai foam, sedangkan wet cappuccino terbuat dari lebih banyak susu. Semoga berguna, mari ngopi !

Semalam saya main-main ke WikiKopi, sebuah warung kopi yang terletak di Lantai 2 Pasar Kranggan (Barat Tugu Yogyakarta). Tempatnya berada paling pojok sebelah timur dilantai 2 tersebut. Tempatnya asik, bisa lesehan, duduk dikursi, tetapi lebih nikmat kalau dihabiskan dengan main kartu sebagai teman ngopi. WikiKopi menjual beberapa varian kopi single origin dengan beberapa metode penyeduhan seperti V60, Aero Press, Tubruk, dan Vietnam Drip. Harganya Rp. 10.000/gelas. Buat yang pingin tau lebih banyak tentang penyeduhan single origin, bisa langsung konsultasi ke mbaknya ini, baik banget orangnya.

Saya bukan penggemar fanatik kopi, beberapa bulan lalu saya malah membenci kopi, tidak pernah meminumnya, memalingkan muka darinya, tidak akan pernah menjatuhkan pilihan untuk memesannya dalam daftar menu sebuah kafe. Tetapi, berkat ajakan teman dan terus mencoba sedikit demi sedikit saya mulai menemukan nikmatnya kopi, walau belum sampai kadar yang fanatik, tapi kadar kebencian itu mulai pudar. Rasa kopi ialah antara pahit dan asam, dua itu yang paling dominan menurut saya yang awam ini. Tapi rasa pahit dan asam itulah yang menjadi pengingat, sepeti layaknya hidup, bahwa hidup tak hanya manis, kadang ada asamnya, kadang ada pahitnya, dan rasa rasa itulah yang membuat hidup itu sempurna. Tak usah ditambah gula, nikmatilah kopi seperti semestinya, nikmati asamnya, pahitnya,  karena pahit dan asam adalah rasa terbaik dari sebuah kopi.

Jika yang suci selalu bening, maka tidak akan pernah ada kopi diantara kita ~ Sudjiwo Tedjo

Sabtu, 21 Maret 2015 aku dan teman teman dari Kelas Inspirasi Jogja @KI_Yogya dan @CahSeloYK_ merencanakan sebuah perjalanan. Setelah berunding, terpilihlah tujuan kita adalah Gunung Andong yang terletak di Magelang. Jarak Gunung Andong dari Jogja tidak terlalu jauh, sekitar dua jam perjalanan. Dari Artos Magelang ambil arah kanan, lalu ikuti saja jalan menuju kopeng, sampai gerbang pasar ngeblak belok kiri, jalan terus lalu ikuti saja plang sampai ke basecamp Girirejo.

Sampai di basecamp jam sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB, kami berencana mendaki sekitar pukul dua dini hari. Di basecamp kami beristirahat sejenak, sambil mempersiapkan logistik pendakian, tidak lupa main kartu sambil menyeruput susu coklat hangat. Pukul 02.00 WIB kami lalu mulai muncak, sebelum ke atas di gerbang saya sempat menanyakan kepada penjaga sudah berapa orang yang mendaki, jawabannya mencengangkan, 1000 orang sedang berada di Gunung Andong ! Gila !

Menurut saya, jalur pendakian gunung andong tidak terlalu sulit, juga tidak terlalu panjang, sekitar 2 jam sudah bisa sampai puncak, sepanjang perjalanan kita disuguhi pemandangan yang sangat indah, ketika sudah ditengah jalan dan melihat kebelakang ada gunung merbabu yang sangat gagah dengan foreground petak-petak sawah yang hijau. Sampai puncak, kami kesulitan menemukan tempat untuk membuat tenda sehingga kami hanya duduk di pinggir tebing gunung andong sambil menunggu matahari terbit. Menakjubkan, mungkin itu satu kata yang paling pantas untuk mendeskripsikan keindahan matahari yang mulai perlahan timbul dibalik awan, warna jingga kemerahan, samudra diatas awan, merbabu serta sawah sawah yang ada. Gunung Andong emang juara ! Tapi ada satu yang kekurangan yang saya lihat kemaren. Puncak gunung andong banyak sampahnya ! Jangan sampe kita nikmatin alamnya tapi lupa menjaganya ya !  

Ngomong ngomong soal angkringan, kayaknya nggak afdol kalau ga mbahas angkringan sop mas Ian. Jujur saja ini adalah salah satu angkringan pagi favorit saya. Lokasinya berada disekitar Mandala Krida, kalau dari perempatan gayam jalan terus ke timur, sampai bertemu mandala krida, belok kiri lalu ambil jalan melengkung di kiri jalan (belakang TPS), lalu lihat disebelah kanan, maka kalian akan melihat tenda biru dibelakang pagar.

Yang spesial dari Angkringan Sop Mas Ian ya sopnya lah, masak brutunya, apalagi brutunya mas ian, belom pernah coba. Tapi selain sopnya, yang istimewa dari bakul angkringan ini adalah sambelnya, perpaduan antara cabe, teri, sama tempenya juara ! jangan heran, sambelnya sudah teruji, bahkan orang dari luar kota sampe mohon mohon supaya sambelnya di kirim lewat JNE, sadis !

Pengalaman makan saya disini sungguh menyenangkan, sudah dari tahun 2009 makan disini, awalnya diajak elang teman kuliah saya setelah itu menjadi langganan setia mas ian. Sempat menjadi saksi ganti personel juga, dari mas riko penyos menjadi mas mas berkacamata. Untuk yang belom pernah nyoba silahkan datang ke sini, harganya murah Rp. 4000 per porsi, enaknya lagi ada ceker goreng tepung yang yahud, sate ati/ampela yang bisa diedit, ada sate brutu juga yang ginak ginuk, mantep ! Silahkan follow yang punya bakul di @Yanuar_MNugroho asli sop nya enak ! oiya mas ian juga master soal per-burung-an, burung beneran lo ya bukan burung boongan ! sekian.

Dua hari lalu, kami diajak teman untuk ngopi di Omah Kopi Omah S'dulur. Jujur ini adalah kali pertama aku mendengar tempat ngopi ini. Omah Kopi Omah Sdulur berlokasi di Jl. Prof. Dr. Sardjito 8A, kalau dari Tugu Yogyakarta ke utara sampai ketemu perempatan bangjo, lalu ke arah timur, lihat ke arah selatan, kira kira tak lebih dari 100m dari bangjo tersebut.

Yang aku suka dari tempat ini adalah suasanya yang vintage/ jadul dengan lampu remang dan gambar gambar tua yang berada di dinding tempat ngopi ini. Omah kopi buka dari senin sampai sabtu dari jam 17.00-24.00. Harga kopi di Omah kopi sdulur sekitar 7 ribuan, tapi tidak hanya menjual kopi, omah kopi sdulur juga menjual teh, susu, dan coklat.

Yang aku pilih kemaren di omah kopi sdulur adalah Kopi Pontianak plus Susu. Karena sudah lama tidak pulang kampung, sehingga ingin bermesraan dengan rasa kopi khas Pontianak. Kopi yang disajikan merukapan kopi tubruk yang ditambah dengan susu, tanpa gula, gula diberi terpisah. Banyak kombinasi yang bisa dicoba di Omah Kopi Sdulur, semisal kopi jahe, kopi susu, kopi krimer, dengan harga yang terjangkau. Makin malam suasana ngopi makin syahdu, lebih nikmat jika ditemani teman dan satu set permainan kartu. Buat yang pingin coba silahkan datang atau silahkan kepo twitternya di @omahkopi_sdulur

Seperti biasa ada yang spesial di hari sabtu, ya tak lain tak bukan #KelasNgopiPagi. Kali ini materi yang dibahas adalah French Press. Tapi sebelum ngikut kelasnya, gak lengkap kalau nggak #ngopi pagi ya, segelas cafe latte dan Apple Pie sangat pas menemani pagi. Aku bersama rimang dan Ichsan pergi ke kelas ini bersama, bermodal rasa ingin tahu, selagi kelasnya gratis daftar terus aja.

Mas Dwiki dari Studio Kopi lalu menjelaskan sejarah dan kegunaan French Press. Menurut legenda, dulu french press ditemukan oleh orang prancis yang kelupaan memasukkan kopi padahal sudah keduluan airnya dituang, waktu dia menuang kopinya semuanya mengambang diatas permukaan air, sehingga tidak jadi diminum. Dilalahnya, ada sebuah pedagang yang lewat menjual lempengan logam, dibeli olehnya dan dipasang tongkat kecil untuk mendorong semua ampas kebawah. Begitulah awal mula terciptanya french press. Alat ini sempat beberapa kali dikembangkan yakni pada tahun 1929, 1935, dan 1958 kebanyakan oleh orang itali.

Untuk menikmati kopi dengan French Press, grinding biji kopi menjadi hal yang krusial. Semakin kasar gilingan lebih harum kopinya, kalau semakin halus gilingannya makin mendapatkan cita rasa kopi. Dalam French Press, ada 4 hal penting yakni, kopi, grind size, ratio, suhu. Biasanya untuk satu takaran kopi menggunakan French Press rationya adalah 1/15 atau 15gram kopi menghasilkan 225ml kopi, grind size 3. Jangan lupa untuk di preinfuse sekitar 40 detik sampai kopi "blooming" lalu kita tunggu sekitar 3 setengah menit untuk siap dihidangkan, suhu air yang digunakan adalah 90 derajat Celcius. Happy French Pressing ! 

Di Jogja sekarang lain musimnya buah duren, sepanjang jalan dengan mudah kita liat pedagang duren sedang jualan. Tapi kadang-kadang duren yang di jual di pinggir jalan tersebut sudah mahal, karena mereka adalah tangan ke sekian dalam alur penjualan duren. Beruntung aku punya teman yang dulunya bakul duren, aku dan teman teman diberitahu sentra duren yang konon kabarnya murah harganya. Gak pake lama setelah dapat info itu kami langsung berangkat kesana. Untuk menuju kesana, diharuskan menyusuri Selokan Mataram. Sepanjang perjalanan aku dibuat kagum dengan Saluran yang katanya dibuat pada masa penjajahan Jepang ini, bukan main panjangnya 31 kilometer !

Waktu tempuh kesini sekitar satu jam. Setelah menyusuri selokan sampai aspalnya habis, sedikit ke selatan dan ketika menemukan pertigaan pertama langsung ambil arah barat sampai ketemu tugu dan lanjutkan ke barat lagi sampai bertemu dengan Jembatan ini. Sampai sini pun, kami masih dibuat takjub, pematang pematang sawah hijau selalu menemani perjalanan kami. Tepatnya, kawasan ini bernama Jembatan Gantung Duwet, Desa Bligo, Jawa Tengah. Jembatan tersebut menghubungkan Jawa Tengah dan Yogyakarta

Tawar menawar pun dilakukan. Disini harga durennya variatif dari 25 sampai 45 ribu rupiah. Bisa pilih sendiri atau dipilihkan oleh penjualnya. Penjualnya ramah ramah, sehingga jangan ragu untuk ngobrol ngobrol. Kami waktu itu membeli 11 duren dengan harga 320 ribu rupiah. Mungkin bisa ditawar lebih murah, mungkin lo ya. Yang unik dari beli duren disini adalah ada garansi, kalau ga enak, busuk, bilang saja, dijanjikan untuk diganti. Untuk yang penasaran, langsung saja kesini. Tidak disarankan datang di hari minggu. Kebak wong !

Kalau ditanya, makan pagi enaknya dimana ya? Kebanyakan Orang Jogja pasti jawab makan soto ! Nah bertahun-tahun aku di Jogja, tapi baru pertama kali di Soto Pak Ngadiran. Berawal dari ajakan Mbak Ajeng dan teman-teman Kelas Inspirasi Jogja lainnya, kami pun berniat kesini karena ingin mencari suasana baru selain soto Pak Dalbe dan Pak Man yang biasanya kami santap. Lokasinya dekat dengan UGM, dari GOR Klebengan ikuti jalan keutara terus, sampai ketemu lapangan disebelah kiri, belok kiri dan ikuti saja jalan tersebut, lalu sampailah kita ke warung Soto ini.

Menurut informasi yang didapat, warung soto ini sudah buka dari tahun 90an, kalau tidak salah dibuka dari tahun 91. Ketika masuk, suasananya sedikit berbeda dengan bakul soto lainnya. Disini kita sedikit self service, karena kita mengambil sendiri gorengan yang sudah disediakan di satu keranjang gede, begitu juga dengan minuman, sudah tersedia es jeruk, es teh, dan air putih, tinggal ambil saja. Bakul soto ini buka dari 06.00 sampai habis.

Dalam semangkuk soto pak Ngadiran, terdapat nasi, toge, kol, dan irisan daging yang lumayan banyak, gak pelit pokoknya. Dengan harganya yang lumayan murah dibanding soto sapi lainnya (Rp. 8000), sangat disarankan untuk mahasiswa yang kantongnya pas pasan. Dari segi cita rasa, enak ! soto ini menurut saya condong ke arah manis. Kombinasi soto dan gorengan disini sangat asik. Jangan lupa untuk ditambah sambel karena sambal di bakul soto ini spesial ! Pedas, pokoknya nendang ! Nagih banget ! 

Buat penggemar kopi, pasti tenggorokannya gatel kalau sehari nggak ngopi, entah americano, espresso, atau yang dicampur dengan susu semacam latte dan cappuccino. Tapi pasti ada masalah yang timbul kalau tiap hari bawaannya pingin ngopi, apalagi yang mahasiswa, kantong kempes tapi ngopa-ngopi terus. Di Studio Kopi ada program yang unik nih, #ngopipagi namanya, jadi dari jam 07.00-12.00 kita bisa ngopi dengan harga yang murah banget ! Espresso 6 ribu, Cappuccino 6 ribu, Americano 6 ribu, asik banget kan ! Untuk yang belom tau lokasinya, Studi Kopi ada di Ruko Babarsari, persis diseberang Hyperbox. Tempatnya asik buat ngopi plus ngongkow bareng konco-konco, ada wifi juga sih, tapi selagi ada teman, ngapain liat gadget.

Gak cuma punya kopi yang yahud. Studio Kopi juga punya hidangan yang gak kalah yahud nih, ada Brownies, Apple Pie, Choco Banana Tart, sama Black Forest Roll. Aku udah coba semua kecuali Black Forest Roll nya. Dari pengalamanku, semuanya enak dan yang terpenting harganya murah, per slice 6 ribu Rupiah. Jadi harga secangkir kopi dan satu slice Kue tidak lebih dari 12 ribu Rupiah. Cocok !

Untuk orang yang seneng banget ngejar matahari tenggelam (sunset hunter) boleh juga nih main kesini sore sore. Nama tempat ini Tebing Breksi, terletak di Sambirejo, DI Yogyakarta. Untuk menuju lokasi, gak terlalu sulit tapi kondisi motor harus prima karena jalanan yang ditempuh kebanyakan menanjak dan gak terlalu mulus. Kalau dari Jogja, ikuti saja arah ketimur jalan Solo, terus sampai Bogem, lalu ketika ada pertigaan prambanan, ke selatan menuju arah ratuboko, ikuti jalan lalu ketika ada perempatan, ikuti yang kearah candi Ijo. Mulai dari sini jalan sudah mulai menanjak terus, ikuti saja jalan besar, sampai nanti dikiri jalan ada spanduk "Tempat Wisata Tebing Breksi" dan sampailah kita.

Ketika sampai, kita diminta retribusi & parkir. Harganya murah, parkir Rp. 2000 dan retribusi seikhlasnya. Setelah mencari tempat parkir, kami lalu mencari spot-spot foto yang sekiranya bagus untuk diupload ke Instagram. Menurut saya, tempat ini cukup besar, dibuka pada pagi hari dan tutup sekitar pukul 6 sore. Disini kita juga bisa melihat penambang batu putih, dan kalau beruntung kita bisa melihat ada beberapa orang latihan motocross di dekat tebing ini.

Tempat ini indah, pada sore hari kita bisa melihat matahari tenggelam dengan sangat jelas, beberapa kali juga kita bisa melihat pesawat yang ingin landing di Bandara. Tapi dibayanganku, kalau kami datang pada pagi hari, pasti juga sama indahnya karena garis garis pada tebing ini terlihat lebih jelas. Beruntung pada sore hari itu tidak hujan, jadi bisa tidur-tiduran di rumput seperti gambar dibawah ini. Untuk yang bosen dengan rutinitas, tidur disini tanpa gadget sangat disarankan, nikmati pemandangannya, nikmati saja. Serius !