Panduan Lengkap Wisata ke Cirebon

By rubikomugglo - July 02, 2019

 

Beberapa bulan lalu, saya pindah dari Jogjakarta menuju ke ibukota Jakarta untuk bekerja. Belum lama tinggal disana, ketika akhir pekan tiba saya bingung untuk pergi mencari hiburan, kalau keluar rumah malas kena macet, di rumah bosen. Oleh karena itu, saya mencari kota sekitar Jakarta yang asik untuk disambangi. Setelah menimbang-nimbang, saya tertarik untuk pergi ke kota di timur Jakarta, yaitu Cirebon.

Persiapan

Hal yang saya lakukan pertama kali ketika merencanakan sebuah perjalanan adalah mencari tahu beberapa hal: mau makan apa; mau ke mana; naik apa; tidur di mana. Setelah tahu beberapa hal tadi, kemudian saya nabung untuk beli tiket. Rencananya saya di Cirebon hanya 36 jam, oleh karena itu melakukan persiapan menjadi hal yang penting agar 36 jam yang saya punya tidak sia-sia.


Perjalanan

Pada sore hari sepulang kerja, saya langsung menyiapkan baju untuk dibawa ke Cirebon, hanya 3 kaos dan dua celana dengan kamera dan charger-nya. Untuk ke Cirebon, saya menggunakan kereta Cirebon Ekspress yang berangkat dari Stasiun Gambir pukul 22.00, kalau tidak salah harga tiketnya Rp. 150.000 dengan waktu tempuh 3 jam hingga nanti berhenti di Stasiun Cirebon.

Sesampainya di Stasiun Cirebon, waktu menunjukkan pukul 01.30 dinihari, saya kemudian menuju ke ruang tunggu untuk beristirahat, menunggu pagi sambil mengisi baterai HP saya. Sebelumnya, saya sudah janjian dengan rental motor untuk bertemu stasiun pukul 05.00 pagi. Ketika matahari sudah naik, saya langsung bertemu dengan pihak rental di alfamart depan stasiun Cirebon. Oh iya, untuk teman yang ingin sewa motor, biaya sewa motornya Rp. 75.000 per hari dan diharuskan untuk menitipkan 3 identitas diri, nanti akan dipinjamkan motor matic.

Masjid At Taqwa
Hari Pertama

Tujuan pertama saya, mengunjungi Masjid At-Taqwa yang letaknya tak jauh dari stasiun Cirebon untuk beribadah. Ketika sampai, saya melihat bahwa arsitektur masjidnya mirip dengan Masjid di Madinah, ada payung yang dibuka.


Nasi Jamblang Mang Dul
Selesai solat, saya langsung meluruskan niat melengkapi list tempat yang harus saya kunjungi. Perut sudah lapar karena tidak makan di kereta, saya mencari sarapan. Cirebon terkenal dengan kulinernya yang beragam dan nikmat, tidak salah bagi kalian jika datang ke Cirebon hanya untuk menikmati kulinernya. 

Tempat tujuan sarapan saya kali ini adalah Nasi Jamblang Mang Dul. Berlokasi di dekat Grage Mall, tidak perlu waktu lama untuk menuju kesana. Buka sejak pukul 02.00 pagi, ketika saya sampai disana sudah banyak pelanggan duduk menikmati seporsi nasi jamblang. Saya kemudian mengantri, dan memesan satu porsi nasi. Nasinya dibungkus dengan daun jati, saya kemudian memilih lauk untuk menemani nasi hangat yang sudah disajikan. Lauk yang saya pilih adalah semur daging, tempe garit, tempe goreng tepung, semur tahu dan teh hangat. Harga dari makanan saya sekitar Rp. 23.000. Jujur ini pertama kali merasakan nasi Jamblang, rasanya mirip nasi rames atau campur, perbedaannya rasa manis dan gurih lebih jelas terasa, sambalnya tidak terlalu pedas, dagingnya empuk, tetapi saya tidak mencium wangi khas daun jati di nasinya, mungkin daun hanya digunakan sebagai pemanis saja. Walaupun begitu, saya suka nasi jamblang, cocok dengan selera saya.

Nasi Jamblang Pelabuhan
Nasi Jamblang Bu Nur
Selesai menikmati nasi jamblang Mang Dul, saya berpikir "di Cirebon ini banyak yang jual nasi Jamblang, kenapa tidak mencoba tiga yang terbaik lalu pilih mana yang paling enak?". Saya kemudian mencari warung nasi jamblang lainnya dengan ulasan tertinggi, bertemulah saya dengan Nasi Jamblang Pelabuhan, lokasinya berdekatan dengan waterpark. Buka pada pukul 06.00 WIB, untuk masuk ke warungnya, kita harus melewati sebuah gang kecil di sebelah pagar pelabuhan. Menu yang ditawarkan disini cukup unik, saya memilih seporsi nasi dengan lauk perkedel, oseng kerang, tahu, dan cemplung (tahu dan kelapa) serta satu botol air mineral. Rasanya tidak jauh beda namun suasana warung lebih sederhana dan otentik. Makanan saya dihargai Rp. 19.000.

Lanjut ke nasi jamblang ke tiga, Nasi Jamblang Bu Nur. Lokasinya tidak jauh juga dengan Grage Mall, kita harus masuk ke jalan kecil, nanti warungnya disebelah kiri jalan. Dari segi bangunan, warung Bu Nur ini yang paling modern dan besar. Saya memesan nasi, telur pedas, bakwan jagung, tempe garit, serta timun. Semua dihargai Rp. 20.000.

Mana yang paling enak?

Harap digaris bawahi terlebih dahulu kalau ini berdasarkan selera saya ya. Ketiganya enak dengan ciri khasnya masing-masing, kalau mau nasi jamblang yang buka dini hari dan banyak lauk sapi (paru, semur daging) maka Mang Dul adalah pilihannya. Kalau ingin tempat yang sederhana, dan lauk boga bahari (seafood/ oseng kerang, ikan, udang goreng) maka Nasi Jamblang Pelabuhan pilihannya. Namun, kalau ingin makan di tempat yang bersih dengan varian lauk yang sangat beragam (dari sapi sampai laut) dan bakwan jagung yang enak, maka Bu Nur adalah pilihan yang tepat. Nah, kalau saya ya, sekali lagi diulang, kalau saya, saya bakal milih Nasi Jamblang Pelabuhan karena kesederhanaan dan keotentikannya.

Masjid Kanoman
Pasar Kanoman
Kue Cubit
Puas makan-makan, lanjut jalan-jalan. Saya langsung berangkat untuk melihat Keraton Kanoman yang posisinya tidak terlampau jauh dari tempat makan saya tadi. Saya kemudian berkeliling melihat berbagai bangunan keraton berwarna putih, dan sempat singgah sebentar ke Masjid Kanoman. Tidak lama saya melihat-lihat, saya pindah ke bagian depan, ke Pasar Kanoman. Pasar Kanoman adalah pasar tradisional yang menjajakkan beragam hal, namun yang menyita perhatian saya adalah hasil laut, terutama udangnya yang segar-segar. Buah mangga terutama mangga Indramayunya juga bagus-bagus, mau saya beli tapi ingat bahwa tidak punya pisau, saya urungkan niat saya.

Gua Sunyaragi
Lanjut ke tempat wisata lainnya, menurut saya mungkin tempat ini yang paling unik daripada tempat wisata lainnya. Ada gua-gua dengan batu keras membentuk terowongan-terowongan, Gua Sunyaragi namanya. Lokasinya juga tidak jauh dari Pasar Kanoman tadi, sekitar 10 menit berkendara. Harga untuk tiket masuknya Rp. 10.000 / orang. Selain ada gua dan batu, ketika saya disana sedang dilaksanakan pameran budaya Cirebon dan museum, sempat saya melihat sebuah kesenian khas Cirebon yakni Sisingaan. Gua Sunyaragi ini lumayan luas, terdapat beberapa kompleks besar gua batu yang bisa kita nikmati keindahannya.

Keraton Kesepuhan
Selesai dari Gua Sunyaragi, saya melanjutkan perjalanan ke Keraton Kesepuhan. Hal yang saya sukai berwisata di Cirebon adalah mudahnya untuk lompat dari satu tempat wisata ke tempat wisata lainnya, jika berkendara hanya membutuhkan waktu sekitar 5-10 menit. Di Keraton Kesepuhan, sayadisambut dengan pendopo besar berbahan bata merah. Sayadiberi tahu bahwa tempat tersebut merupakan tempat raja biasanya duduk untuk menonton pertunjukkan di halaman, ditemani dengan penasihat negara dan pendamping raja. Sayakemudian masuk, disana terdapat museum dan juga rumah pangeran. Saya tidak masuk lebih jauh lagi karena malu, atau lebih tepatnya sungkan karena cuma pakai sendal jepit. Masak mau ketemu pangeran pake sendal Ando doang?

Empal Gentong Mang Darma
 

Hari sudah siang, perut sudah lapar lagi. Saya memilih untuk mengisi perut dengan menu khas Cirebon yang terkenal yaitu Empal Gentong Mang Darma. Empal Gentong dan Empal Asem menjadi kudapan yang saya pesan. Dari penampakan, kedua makanan ini terlihat sangat berbeda. Empal gentong mempunyai warna kuah kuning pekat dan keruh, sedangkan kuah Empal Asem terlihat bening. Kuah Empal Gentong yang pekat berasal dari penggunaan banyak kunyit dan santan. Dari segi rasa, saya lebih suka rasa empal gentong, walaupun lebih "jahat" ya. Lemaknya banyak dan mengapung diatas kuah. Rasanya pekat dan gurih, sempat takut juga akan kolesterol yang akan naik tetapi kalau seenak ini apa boleh buat.


Lelah berkeliling kota, saya menuju penginapan untuk melakukan check-in dan tidur siang. Tak terasa, 3 jam sudah berlalu ketika saya terlelap. Waktu sudah menunjukkan pukul 16.30, saya lalu bergegas untuk mencari tempat menikmati senja. Saya kemudian berkendara ke arah pelabuhan, di sebelah selatan ada sebuah pantai yang terkenal di wilayah Cirebon, Pantai Kejawanan namanya. Pantai ini tidak berpasir, lebih seperti pinggir bendungan, batuan berundak dengan jalanan semen di atasnya. Banyak warga Cirebon menghabiskan sore harinya di Pantai ini, sembari duduk menikmati suara deru ombak ditemani berbagai jajanan tradisional yang dapat dibeli oleh penjual di sekitar.


Masjid Panjunan
Hari mulai gelap, suara adzan berkumandang. Saya kemudian beranjak untuk melaksanakan ibadah. Masjid Merah Panjunan menjadi tujuan saya selanjutnya. Berlokasi tidak jauh dari Pantai Kejawanan, masjid ini berada di persimpangan gang kecil daerah Panjunan. Dari luar, sudah terlihat keunikan masjid ini, berwarna merah dengan bangunan khas Cirebon berbahan bata. Berbentuk pendopo, tiang-tiang (soko) kayu yang menjadi pondasi masjid ini berdiri rapi di setiap saf solat. Hal unik lainnya adalah di setiap dinding masjid terdapat piring atau mangkok keramik yang ditanam permanen. Saya tidak menanyakan mengapa hal ini dilakukan, tetapi ini mirip sekali dengan dinding di Keraton Kanoman dan Keraton Kesepuhan yang saya kunjungi. Di dinding Keraton tersebut juga terdapat mangkok atau piring keramik dengan berbagai motif.


Tak jauh dari Masjid Merah Panjunan, ada warung Mie Koclok Panjunan yang tak pernah sepi pembeli. Saya melangkahkan kaki ke warung tak tidak terlalu besar itu. Hanya ada gerobak, beberapa meja di ruangan yang besarnya tak lebih dari 5x5m. Saking ramainya, banyak pembeli makan mie koclok di emperan trotoar di sebelah warung, nasib saya juga begitu, makan di pinggir jalan dengan duduk di kursi plastik. 

Satu porsi mie saya pesan, tak selang beberapa lama pesanan itu datang. Satu porsi terdiri dari mie kuning, telur rebus, ayam suwir, kecambah, kubis yang disiram dengan kuah santan kental, tak lupa sambal sebagai pelengkap. Jujur, rasa mie koclok ini unik, tidak seperti gurihnya bakmi jawa yang sering saya makan, mie ini gurih tapi lebih ke gurih santan, dengan sedikit rasa asin dan rasa pedas dari lada. Ketika dicampur sambal, ternyata sambalnya tidak terlalu pedas, hanya menambah warna dan sedikit rasa.

Bubur Sop Ayam M. Kapi
Belum juga kenyang, saya lanjut mencari kuliner lainnya. Malam-malam makan yang anget enak juga kayaknya. Saya pergi mencoba Bubur Sop Ayam M. Kapi. Ini juga kuliner unik yang saya temui di Cirebon. Bubur ayam disiram kuah kuning dengan rasa mirip soto ditambah tauco. Ini merupakan rasa baru yang diterima oleh lidah saya. Benar-benar khas dan unik.

Sesudah makan, saya mencoba untuk mencari tempat wisata malam hari di Cirebon, setelah searching-searching, browsing-browsing, saya akhirnya bermaksud untuk pergi ke Bukit Gronggong. Selama wisata ke Cirebon, Bukit Gronggong merupakan tempat wisata paling jauh untuk berkendara. Dari pusat kota Cirebon, kira-kira menghabiskan waktu sekitar 20 menit. Bukit Gronggong yang asli sangat berbeda dengan gambaran yang saya dapat di Google. Namun, hal menarik dari tempat ini adalah kita bisa melihat lampu kota Cirebon di kejauhan, dengan langit penuh bintang. Kalau kalian penikmat foto langit malam hari, saya sarankan untuk datang kesini sambil menikmati seporsi jagung bakar. Puas melihat-melihat saya pulang untuk beristirahat.

Bubur Ayam M. Toha
Keesokan harinya, hari minggu, saya bersiap untuk melanjutkan wisata. Kali ini rute yang saya tuju adalah ke arah barat untuk melihat sentra batik Cirebon di daerah Trusmi. Sebelum itu, saya isi dulu tenaga untuk jalan jalan dengan sarapan. Menu sarapan pagi kali ini adalah Bubur Ayam M.Toha. Warungnya kecil, bentuknya persis warung burjo yang kerap saya lihat di Jogjakarta. Saya memesan bubur ayam dan bubur kacang ijo. Bedanya dari bubur-bubur lain, di warung ini dalam semangkok bubur ayam terdapat cincangan wortel dan daun seledri sehingga cita rasanya sedikit berbeda namun tetap terasa lezat. Seporsi bubur juga dihargai sangat murah. Ini tempat kuliner favorit saya selama di Cirebon.


Empal Gentong H.Apud
Sarapan sudah, mari melanjutkan perjalanan. Saya lalu berkendara ke arah barat menuju pusat batik Cirebon. Ada satu toko batik terbesar disana dan itulah yang saya kunjungi, BT Batik Trusmi. Banyak pilihan batik yang tersedia disini, baik dari varian warna, jenis, dan juga harga, tinggal pilih saja. Tak perlu waktu lama untuk berbelanja, wisata kuliner ini saya lanjutkan. Tempat makan selanjutnya adalah Empal Gentong H. Apud. Saya iseng intuk membandingkan empal gentong ini dengan yang kemarin saya coba. Saya pesan menu yang sama agar perbandingannya adil dan seimbang. Ini berdasarkan selera saya ya, saya rasa bahwa bumbu Empal Gentong H. Apud lebih ringan daripada Mang Darma, dengan jumlah lemak yang tidak terlalu banyak juga. Cocok banget untuk orang yang mau empal gentong tapi punya kolesterol. Tapi, kalau saya, lebih suka yang Mang Darma walau lebih berlemak dan kental karena terasa lebih "nendang" aja empal gentongnya. Kalau empal asemnya, rasanya sebelas-duabelas.

Mie Koclok Rasita
Tahu Gejrot Sinta
Hari semakin sore, sudah hampir habis perjalanan ini. Saya kemudian mencoba lagi satu kuliner legendaris yang ada di Cirebon, Mie Koclok Rasita. Katanya warung ini sudah ada dari tahun 70-an. Ketika saya mampir kesana, penuh mobil plat luar Cirebon parkir disana. Saya menunggu cukup lama untuk mendapatkan seporsi mie koclok. Secara isi dan penampakan tidak banyak berbeda dengan Mie Koclok Panjunan, bedanya kuah santannya terasa lebih ringan, lebih cair dan tidak ada rasa lada. Sehabis dari sana, saya ke toko Sinta, sebuah pusat oleh-oleh terkenal di Cirebon. Saya membeli simping untuk dijadikan buah tangan kepada rekan kerja. Sebelum ke stasiun, saya sempatkan untuk singgah mencicipi seporsi tahu gejrot di depan toko Sinta itu.


Perjalanan harus berakhir, saatnya kembali ke perantauan untuk bekerja. Kesimpulan saya adalah Cirebon adalah kota yang tepat untuk menghabiskan libur akhir minggu. Lokasi wisata yang dekat, kuliner yang lezat jadi daya tarik yang harus kalian coba. Selamat menjelahahi Cirebon, semoga panduan ini berguna.

Biaya
Hari 1
Tiket Jakarta - Cirebon : Rp. 150.000
Sewa Motor dua hari: Rp. 150.000
Bensin: Rp. 20.000
Nasi Jamblang Mang Dul: Rp. 23.000
Nasi Jamblang Pelabuhan: Rp. 19.000
Kue Cubit Pasar Kanoman: Rp. 5.000
Nasi Jamblang Bu Nur: Rp. 20.500
Gua Sunyaragi: Rp. 10.000
Keraton Kesepuhan: Rp. 15.000
Empal Gentong Mang Darma: Rp. 22.000
Empal Asem Mang Darma Rp. 22.000
Tahu Gejrot Mang Darma: Rp. 10.000
Hotel: Rp. 180.000
Mie Koclok Panjunan: Rp. 17.000
Bubur Sop M. Kapi: Rp. 17.000
Bukit Gronggong: Rp. 8.000

Hari 2
Bubur Ayam M. Toha: Rp. 18.000
Batik: Rp. 250.000
Empal Gentong H. Apud: Rp. 23.000
Empal Asem H. Apud: Rp. 23.000
Mie Koclok Rasita: Rp. 14.000
Tahu Gejrot Sinta: Rp. 10.000
Oleh-oleh: Rp. 65.000
Tiket Cirebon-Jakarta: Rp. 150.000

Total: Rp. 1.239.500

Biaya tersebut bisa ditekan menjadi lebih murah koq, caranya dengan tidak membeli oleh-oleh, tidak membeli batik, mengurangi porsi makan, dan mencari penginapan yang lebih murah.

Itinerary
Hari 1
Nasi Jamblang Mang Dul
Nasi Jamblang Pelabuhan
Nasi Jamblang Bu Nur
Pasar Kanoman
Keraton Kanoman
Masjid Kanoman
Keraton Kesepuhan
Empal Gentong Mang Darma
Pantai Kejawanan
Masjid Merah Panjunan
Mie Koclok Panjunan
Bubur Sop Ayam M. Kapi
Bukit Gronggong

Hari 2
Bubur Ayam M. Toha
Batik Trusmi
Empal Gentong H. Apud
Mie Koclok Rasita
Pusat Oleh-oleh Sinta
CSB Mall
Pulang

Yang belom dicoba
Docang
Pedesan Entog
Nasi Lengko H. Barno

  • Share:

You Might Also Like

0 comments