Kelas Inspirasi Yogyakarta 2016 baru saja berakhir, tepatnya 6 Februari 2016. Tahun ini adalah tahun ketiga saya mengikuti KIY, tahun ini sedikit berbeda karena sebenarnya saya mau tidak ikut dulu karena sebelum KIY saya harus pergi keluar kota selama 1 bulanan, lalu ingin fokus membangun hal hal lain dulu. Rencana tinggal rencana, ditengah jalan, sepulangnya saya kembali dari luar kota, bergabunglah saya menjadi relawan penyelenggara KIY. Ada dua sisi mata uang ketika saya melihat KIY tahun ini, ketika saya berada jauh dari KIY, mengambil jarak, saya melihat bahwa kegiatan ini sangat terkonsep, rapih, meriah, acaranya lebih beragam, perkembangannya di bagian web sangat drastis, merchandise juga begitu, audiensi dengan pihak-pihak luar juga sangat padat dan banyak. Namun sisi lainnya adalah, karena acaranya begitu padat, banyak relawan yang kewalahan, seperti tidak bisa mengikuti cepatnya langkah gerakan ini, banyak yang pergi dan tak kembali, emosi yang memuncak, orang-orang yang belum saling mengenal, tekanan pekerjaan yang sangat banyak , dan waktu yang terbatas. Ya, setiap peristiwa memang ada baik-buruknya.
Sebenarnya kegiatan besar KIY itu hanya 3 : Technical Meeting, Hari Inspirasi, Selebrasi. Seperti fenomena gunung es, yang besar memang hanya 3 tapi dibelakang itu ada banyak agenda demi menyukseskan kegiatan tersebut. Contohnya adalah pembukaan pendaftaran relawan, rapat setiap minggu di hari jumat, mengunjungi beberapa radio untuk promosi KIY, penentuan tanggal dan tempat, hari TM, inspirasi, selebrasi, penyeleksian relawan, memikirkan soal merchandise, pembekalan relawan, penentuan sekolah mana yang diikutkan ke KI, belum lagi printilan rintilan kecil tentang layout tempat, konsumsi, dan sebagainya yang lumayan menguras pikiran. Jadi dari sisi relawan penyelenggara, mereka tentu akan sedikit sedih hatinya, kalau ada relawan pengajar yang menyepelekan salah satu dari 3 hari itu, karena persiapannya memakan waktu sekitar 6 bulan, dan itu waktu yang sangat lama. Relawan pengajar bukannya santai santai saja, karena mereka yang berhadapan langsung dengan siswa, menyiapkan bahan ajar, memikirkan format acara di sekolah nantinya dan mereka akan sedih hatinya kalau para relawan penyelenggara tidak mempunyai persiapan yang matang sehingga tidak mempunyai informasi cukup tentang segala hal berkaitan 3 hari tersebut.
Berbicara soal 3 hari besar KIY : TM, Inspirasi, Selebrasi. Saya ingin membahas sedikit tentang ketiganya. Hari TM adalah hari perkenalan antara relawan pengajar, sekolah, dan fasilitator. Sebelum itu terjadi para panitia penyelenggara (surveyor sekolah, fasilitator) sudah mendatangi sekolah tersebut dan meminta izin apakah bersedia mengikuti KIY, pada hari TM ini juga, para relawan mengetahui apa tema yang diusung panitia lokal. Hari Inspirasi merupakan hari dimana para relawan pengajar datang ke sekolah dan menerangkan profesinya kepada para siswa. Hari refleksi atau selebrasi merupakan hari apresiasi untuk para relawan pengajar, acara yang dikemas adalah yang menomorsatukan "fun", tanpa kehilangan esensinya sebagai acara bernafas pendidikan.
Saya pada tahun ini kebagian jatah menjadi fasilitator SDN Dekso. SD Dekso ini berada didaerah Kalibawang. Beberapa hari sebelum TM saya dan Izzah, teman fasilitator saya mengunjungi sekolah ini untuk survey, dan saat TM saya menceritakan kondisi sekolah kepada para relawan pengajar. Beberapa hari setelah itu izzah menemani para relawan untuk survey ke sekolah, saya menyusul setelahnya. Ada pengalaman yang cukup unik yaitu rapat pertama kami membahas Hari Inspirasi terjadi di Rumah Makan Padang (Padang Murih, daerah Kebon Agung). Keren bukan?
Tahun ini relawan sekolah kami tidak melakukan banyak rapat, hanya rapat online saja melalui WA, dan H-1 kita menginap di tempat izzah, karena tidak terlalu jauh dengan sekolah tujuan. Hari Inspirasi pun tiba, kami bersama-sama ke sekolah. Para relawan yang berasal dari luar kota akhirnya bisa bertemu dengan para siswa. Pembukaan pun dimulai, kami berkenalan dengan anak anak. Lalu pagi itu kita menaikkan semangat anak anak dengan berjoget (flashmob) menggunakan lagu sherina. Setelah pembukaan, para relawan mulai masuk ke kelas. Yang saya kagumi dari relawan pengajar ini, walaupun jarang ada rapat secara langsung yapi mereka sudah sangat siap, dengan segala perlengkapannya, ada yang membuat mic, ada yang membawa stetoskop, mempersiapkan proyektor, dsb. Cara mengajarnya juga variatif, jujur saya salut banget sama relawan pengajar.
Jam mengajarpun telah usai. kami mulai berkumpul lagi lapangan sekolah untuk penutupan. Di sekolah kami, penutupannya cukup sederhana. kami menyiapkan toples lalu memberikan anak anak secarik kertas dan pita. Mereka lalu menuliskan mimpinya di toples tersebut, mirip seperti time capsule. Setelah semua siswa memasukkan mimpi mereka, kami meminta perwakilan dari ibu dari sekolah untuk menanam toples tersebut. Semua siswa sangat tertatik dengan hal itu, mereka mengerubunginya, Bu Sri (perwakilan sekolah) lalu mendoakan harapan tadi agar menjadi nyata. Amin. Setelah itu kami berfoto bersama, penutupan pun selesai. Kami diberikan kejutan oleh pihak sekolah, para guru dan seluruh isi sekolah memberikan kami hadiah kami beberapa lagu. Sudah tiga tahun saya di KIY, tapi baru kali ini saya dapat perlakuan seperti ini. Luar biasa. Setelah itu kami melakukan refleksi di sekolah, guru guru memberikan apresiasinya kepada para relawan, pun ada satu guru yang terharu dan hampir menangis karena acara ini. Hari Inspirasi pun selesai, kami lalu pulang dan bersantai di Pantai Glagah, menikmati air kelapa.
Besoknya, di Pendopo WiyotoProjo ada Hari Selebrasi KIY. Hari selebrasi ini dijadikan sebagai ajang apresiasi relawan yang sudah mengajar kemaren, lalu selain hiburan, ada juga talkshow yang membicarakan tentang pengalaman relawan yang terjun ke Hari Inspirasi. Yang jadi puncak dari acara ini adalah penampilan dari Mas Robby dan Mufid dari FSTVLST bersama relawan menyanyikan lagu Indonesia Pusaka. Tidak terasa perjuangan 6 bulan ini berakhir juga. Saya pribadi mengucapkan terimakasih kepada relawan panitia yang telah berusaha sangat keras, tim artistik, relawan pengajar, fotografer, videografer yang terlah ikut serta menyukseskan acara ini. KIY tahun ini sangat meriah !
Saya merasa beruntung karena bisa mengikuti program ini, asal mulanya adalah sebuah postingan di Instagramnya Klinik Kopi yang isinya mengajak beberapa orang yang suka minum kopi untuk menanam pohon kopi bersama di daerah Turgo. Tanpa pikir panjang langsung saja saya email bahwa saya pingin ikutan. Beberapa saat setelah itu, mas pepeng pun mengonfirmasi bahwa saya dibolehkan ikut.
Sabtu, 30 Januari 2015. Saya tiba di Klinik Kopi dua jam lebih awal daripada waktu janjian, beruntungnya lagi mas pepeng sedang roasting, sehingga bisa belajar sedikit tentang roasting, dan kami pun ngobrol tentang banyak hal. Jogja sedang panas-panasnya, semangkuk es burjo waktu itu jadi teman ngobrol yang sangat tepat, diselingi oleh bau harum biji kopi yang sedang digoreng.
Para peserta trip kali ini pun mulai berdatangan, yang buat saya kaget adalah ada dua orang cewek yang datang jauh-jauh dari Solo untuk mengikuti kegiatan ini, naik motor pula ! Salut ! Saya berkesempatan membuatkan kopi untuk mereka berdua, dan ternyata mereka ini barista. Kami berangkat sekitar pukul 15.00, tak kurang dari 15 orang mengikuti trip ini. Turgo berada diutara kota Jogjakarta, mungkin sekitar 40 menit perjalanan mengendarai motor, ditengah perjalanan hujan turun dengan derasnya, kami sempat menepi tapi tak lama karena takut sampai Turgo terlalu malam. Sesampainya di Turgo, baju basah kuyup !
Kami lalu berkenalan dengan empunya rumah, Pak Muslimin, beserta keluarga dan Mas Sulis. Kopi menjadi teman berbincang kami, selagi kami menghangatkan badan. Karena yang mengikuti trip ini adalah orang-orang yang suka kopi, jadi jangan heran kalau setiap orang punya alat brewing dan cara brewingnya sendiri, ada yang perkolasi, ada yang pake kalita, v60, banyak metode ! Mas Sulis dan Pak muslimin memiliki greenhouse untuk konservasi anggrek, ada sekitar 60 jenis anggrek yang dikonservasi. Rumah mereka sangat nyaman, ruang tamu yang bisa digunakan sebagai ruang pertemuan warga, green huose anggrek, sebuah gazebo, ada pohon markisa, pohon nangka, bibit kopi, pohon nanas, semua ada. Pada malam hari itu kami dijamu oleh semangkok Soto Bakso yang hangat dengan tempe goreng sebagai makanan pendampingnya, sedap !
Selain agenda menanam kopi, kegiatan memberikan informasi kepada petani Turgo adalah agenda penting lainnya. Turgo mempunya potensi besar sebagai daerah penghasil kopi, karena didaerah ini tumbuh Kopi Arabica Typica. Mas pepeng pun memberikan semangat dan sedikit pengalamannya untuk mengajak para petani untuk menanam kopi kembali. Pada pertemuan kali ini datang juga Mas Megan, teman mas pepeng yang menginformasikan kepada petani bahwa pasar biji kopi masih terbuka lebar, untuk itu mereka mengharapkan para petani itu kembali menanam kopi.
Setelah beberapa jam sharing, kami pun beristirahat. Pada pagi harinya saya terbangun karena suara ayam yang berkokok sangat kencang, tak bisa melanjutkan tidur saya beranjak ke dapur. Ibu Muslimin ternyata sedang menyiapkan masakan untuk makan kami pagi nanti, setelah saya tanya ternyata ibu bangun jam 3 pagi untuk menyiapkan seluruh hidangan, pada saat itu udara terasa sungguh dingin, segelas teh Turgo hangat dan bakwan jagung yang baru matang terasa sangat nikmat. Ibu ibu di Turgo biasanya memasak dengan kayu bakar, kompor sih ada, tapi mereka lebih nyaman menggunakan kayu bakar, mungkin biar rasa masakannya lebih nikmat.
Jam sudah menunjukkan pukul 7, kami lalu berjalan-jala mengelilingi desa. Setelah beberapa menit berjalan, kami lalu menemukan banyak pohon robusta, juga dengan arabika. Pohon pohon kopi disini sudah berusia puluhan tahun dan tidak ada yang merawat, tumbuh besar dengan liar. Tak hanya pohon kopi yang kami temui, pohon teh juga. Pohon teh yang ada disini tumbuh dipinggir jalan, walau tidak ditanam dengan alur yang baik, tetapi pohon teh ini bisa menjadi tambahan penghasilan bagi warga sekitar. Ada warga yang sudah mengolah teh ini dan dijual ke orang-orang walau harus melalui pemesanan terlebih dahulu.
Hari Minggu pukul 09.00 kami berangkat ke kebun yang dimiliki Mas Sulis. Ada sekitar 100 bibit pohon yang akan ditanam disini. Beberapa bulan sebelum ini, Mas sulis sudah mempersiapkan lahan ini dengan melubanginya, mengatur jarak tanamnya, dan memberikan kompos. Tugas kami sekarang hanya membantu menanam bibit bibit tersebut. Beberapa saat setelah itu, semua bibit sudah ditanam, kayaknya ada yang kurang kalau trip kali ini tidak ditutup dengan foto bersama. Setelah itu, kami semua pulang, pulang ke rumah Pak Muslimin dan dilanjutkan pulang ke rumah masing-masing.
Saya pribadi mengucapkan banyak terimakasih kepada Mas Pepeng selaku pemrakarsa acara, teman-teman yang saya kenal saat trip ini karena seduhannya nikmat nikmat, terimakasih sebanyak-banyaknya kepada Pak Muslimin & Ibu serta mas sulis karena sudah mau direpotkan, sudah mau bangun sangat pagi hanya untuk menjamin kita tidak kelaparan, diberikan kesempatan untuk belajar dan bertemu keluarga baru. Terimakasih, sampai ketemu di trip selanjutnya.
Kredit Foto : Klinik Kopi