Tanam Pohon Kopi bareng Klinik Kopi, Turgo.

By rubikomugglo - February 02, 2016


Saya merasa beruntung karena bisa mengikuti program ini, asal mulanya adalah sebuah postingan di Instagramnya Klinik Kopi yang isinya mengajak beberapa orang yang suka minum kopi untuk menanam pohon kopi bersama di daerah Turgo. Tanpa pikir panjang langsung saja saya email bahwa saya pingin ikutan. Beberapa saat setelah itu, mas pepeng pun mengonfirmasi bahwa saya dibolehkan ikut. 

Sabtu, 30 Januari 2015. Saya tiba di Klinik Kopi dua jam lebih awal daripada waktu janjian, beruntungnya lagi mas pepeng sedang roasting, sehingga bisa belajar sedikit tentang roasting, dan kami pun ngobrol tentang banyak hal. Jogja sedang panas-panasnya, semangkuk es burjo waktu itu jadi teman ngobrol yang sangat tepat, diselingi oleh bau harum biji kopi yang sedang digoreng.

Para peserta trip kali ini pun mulai berdatangan, yang buat saya kaget adalah ada dua orang cewek yang datang jauh-jauh dari Solo untuk mengikuti kegiatan ini, naik motor pula ! Salut ! Saya berkesempatan membuatkan kopi untuk mereka berdua, dan ternyata mereka ini barista. Kami berangkat sekitar pukul 15.00, tak kurang dari 15 orang mengikuti trip ini. Turgo berada diutara kota Jogjakarta, mungkin sekitar 40 menit perjalanan mengendarai motor, ditengah perjalanan hujan turun dengan derasnya, kami sempat menepi tapi tak lama karena takut sampai Turgo terlalu malam. Sesampainya di Turgo, baju basah kuyup !


Kami lalu berkenalan dengan empunya rumah, Pak Muslimin, beserta keluarga dan Mas Sulis. Kopi menjadi teman berbincang kami, selagi kami menghangatkan badan. Karena yang mengikuti trip ini adalah orang-orang yang suka kopi, jadi jangan heran kalau setiap orang punya alat brewing dan cara brewingnya sendiri, ada yang perkolasi, ada yang pake kalita, v60, banyak metode ! Mas Sulis dan Pak muslimin memiliki greenhouse untuk konservasi anggrek, ada sekitar 60 jenis anggrek yang dikonservasi. Rumah mereka sangat nyaman, ruang tamu yang bisa digunakan sebagai ruang pertemuan warga, green huose anggrek, sebuah gazebo, ada pohon markisa, pohon nangka, bibit kopi, pohon nanas, semua ada. Pada malam hari itu kami dijamu oleh semangkok Soto Bakso yang hangat dengan tempe goreng sebagai makanan pendampingnya, sedap !

Selain agenda menanam kopi, kegiatan memberikan informasi kepada petani Turgo adalah agenda penting lainnya. Turgo mempunya potensi besar sebagai daerah penghasil kopi, karena didaerah ini tumbuh Kopi Arabica Typica. Mas pepeng pun memberikan semangat dan sedikit pengalamannya untuk mengajak para petani untuk menanam kopi kembali. Pada pertemuan kali ini datang juga Mas Megan, teman mas pepeng yang menginformasikan kepada petani bahwa pasar biji kopi masih terbuka lebar, untuk itu mereka mengharapkan para petani itu kembali menanam kopi.


Setelah beberapa jam sharing, kami pun beristirahat. Pada pagi harinya saya terbangun karena suara ayam yang berkokok sangat kencang, tak bisa melanjutkan tidur saya beranjak ke dapur. Ibu Muslimin ternyata sedang menyiapkan masakan untuk makan kami pagi nanti, setelah saya tanya ternyata ibu bangun jam 3 pagi untuk menyiapkan seluruh hidangan, pada saat itu udara terasa sungguh dingin, segelas teh Turgo hangat dan bakwan jagung yang baru matang terasa sangat nikmat. Ibu ibu di Turgo biasanya memasak dengan kayu bakar, kompor sih ada, tapi mereka lebih nyaman menggunakan kayu bakar, mungkin biar rasa masakannya lebih nikmat.

Jam sudah menunjukkan pukul 7, kami lalu berjalan-jala mengelilingi desa. Setelah beberapa menit berjalan, kami lalu menemukan banyak pohon robusta, juga dengan arabika. Pohon pohon kopi disini sudah berusia puluhan tahun dan tidak ada yang merawat, tumbuh besar dengan liar. Tak hanya pohon kopi yang kami temui, pohon teh juga. Pohon teh yang ada disini tumbuh dipinggir jalan, walau tidak ditanam dengan alur yang baik, tetapi pohon teh ini bisa menjadi tambahan penghasilan bagi warga sekitar. Ada warga yang sudah mengolah teh ini dan dijual ke orang-orang walau harus melalui pemesanan terlebih dahulu.


Hari Minggu pukul 09.00 kami berangkat ke kebun yang dimiliki Mas Sulis. Ada sekitar 100 bibit pohon yang akan ditanam disini. Beberapa bulan sebelum ini, Mas sulis sudah mempersiapkan lahan ini dengan melubanginya, mengatur jarak tanamnya, dan memberikan kompos. Tugas kami sekarang hanya membantu menanam bibit bibit tersebut. Beberapa saat setelah itu, semua bibit sudah ditanam, kayaknya ada yang kurang kalau trip kali ini tidak ditutup dengan foto bersama. Setelah itu, kami semua pulang, pulang ke rumah Pak Muslimin dan dilanjutkan pulang ke rumah masing-masing. 

Saya pribadi mengucapkan banyak terimakasih kepada Mas Pepeng selaku pemrakarsa acara, teman-teman yang saya kenal saat trip ini karena seduhannya nikmat nikmat, terimakasih sebanyak-banyaknya kepada Pak Muslimin & Ibu serta mas sulis karena sudah mau direpotkan, sudah mau bangun sangat pagi hanya untuk menjamin kita tidak kelaparan, diberikan kesempatan untuk belajar dan bertemu keluarga baru. Terimakasih, sampai ketemu di trip selanjutnya.

Kredit Foto : Klinik Kopi

  • Share:

You Might Also Like

0 comments