Trekking ke Curug Seribu, Air Terjun yang Tingginya 100 Meter

By rubikomugglo - September 05, 2021

 

Minggu lalu, ketika status PPKM di Jakarta dan sekitarnya turun ke level 3, saya, istri dan beberapa teman berencana untuk jalan-jalan sekaligus olahraga bersama. Rasanya sudah lama sekali kami tidak melakukan aktivitas trekking ini. PPKM level 4 membuat kami semua harus berdiam diri di rumah. Karena sudah lama tidak berolahraga, kami memutuskan untuk kembali melakukan trekking tetapi dengan tingkat kesulitan yang mudah dan trek yang tidak terlalu panjang. Hitung-hitung sebagai pemanasan, agar badan tidak kaget.



Kami memutuskan untuk trekking ke Curug Seribu. Curug yang terletak di kaki Gunung Salak ini dapat ditempuh dengan 2 jam lebih perjalanan menggunakan mobil. Kami berangkat pukul 6 dari Jakarta Selatan. Pagi itu, jalanan belum terlalu ramai, perjalanan kami lancar, tol ke arah Bogor belum dipadati mobil yang ingin berwisata ke sana. Jalanan baru ramai ketika kami sudah di daerah Dramaga, waktu kami banyak habis di sana karena berkali-kali terjebak kemacetan. Sesampainya di jalan menuju Gunung Salak, jalanan sepi kembali.

Sampailah kami di pintu gerbang Gunung Salak Endah, kami berhenti untuk membayar retribusi masuk. Kalau tidak salah, kami dikenai biaya Rp.15.000/ orang. Setelah membayar, kami lanjut menuju pintu masuk curug seribu. Jalan menuju ke sana cukup sempit, kalau ada dua mobil maka satu mobil harus mengalah memberi jalan. Sesampainya di sana sudah ada beberapa mobil dan motor, tidak terlalu ramai. Kami kemudian bersiap-siap dan memulai trekking.



Sebelum memulai perjalanan, selalu kami sempatkan untuk berdoa agar diberi keselamatan. Selain itu, kami juga mampir sebentar ke warung untuk membayar aktivitas trekking, per orang dikenai biaya Rp.10.000. Perjalanan kami mulai, tak lama setelah berjalanan di sebelah kami terdapat sebuah lapangan dengan rumput hijau yang rindang. Di atasnya telah terbangun beberapa tenda. Ternyata, selain menjadi tempat trekking, ada sebuah laham yang dijadikan camping ground oleh pengurus tempat ini. Lapangannya cukup luas, mungkin 20 tenda bisa dibangun di sini.

Kami kemudian berjalan kembali, trek yang tadinya landai berubah menjadi agak curam. Tangga bebatuan menyambut kami. Walau sudah terdapat tangga bebatuan, boleh dibilang kondisi trek cukup sulit karena pada bebatuan tersebut menempel lumut. Sering sekali kami terpeleset dan harus berpegangan satu sama lain karena kondisi ini. Semakin ke dalam berjalan, trek tangga bebatuan selesai dan berganti menjadi trek tanah dan bebatuan. Kami harus semakin berhati-hati dalam menempatkan pijakan.

Salah satu bahayanya trekking di Curug Seribu ini menurut saya adalah selain lumut, ada di beberapa bagian trek tidak ada pegangan padahal di trek tersebut di sisi kita tebing dan di sisi kanan kita jurang. Sehingga kalau tidak beruntung dan terselip di situ, sudah pasti jatuh lah kita ke jurang. Beberapa menit berjalan, kami tiba di sebuah air terjun kecil. Kami beristirahat di sana, melepas dahaga sembari berfoto-foto.



Perjalanan kami lanjutkan, tak selang berapa lama. Kami mendengar ada suara di atas kami. Pohon bergoyang-goyang, setelah menengadah ke atas kami melihat ada satu ekor monyet cukup besar sedang bergelantungan di atas pohon. Kami berhenti sejenak dan melihat mereka beraktivitas. Setelah di rasa cukup, kami berjalan kembali. Trek yang tadinya mayoritas turunan sekarang agak datar dan sedikit menanjak. Suara deru air pun semakin jelas terdengar. Kami semakin semangat dan bergegas untuk melihat air terjun tersebut.

Setelah beberapa tanjakan, air terjun yang dinanti-nanti itupun nampak. Megah sekali. Airnya mengalir deras dari atas sana. Saya membaca dari beberapa artikel bahwa tinggi air terjun ini sekitar 100 meter dan benar saja, tinggi sekali. Ada sebuah tanah datar di depan kami yang bisa digunakan sebagai tempat berfoto, beberapa teman mulai menunjukkan gaya terbaiknya. Setelah puas, kami turun ke bawah untuk lebih dekat dengan aliran air. Kami beruntung karena air terjun ini dalam kondisi bening. Sepatu kami lepas dan kami celupkan kaki-kaki yang lelah ke dalamnya. Wah, airnya dingin, seperti ada es batu di sana dan juga segar.

Saya dan istri menikmati momen tersebut sembari menikmati bekal yang kami bawa. Beberapa teman kami yang lain pergi ke warung yang berdiri tak jauh dari tempat kami duduk. Mereka minum kopi hangat di sana. Untuk anda yang ingin datang ke air terjun ini dan ingin mandi, kami menyarankan untuk tidak mandi di bawah aliran air terjun karena sangat berbahaya, tetapi di sekitaran batu-batu besar tempat kami duduk ini terdapat kolam yang cukup dalam sekitar 1 meteran yang bisa digunakan untuk anda mandi. Di warung yang menjual kopi dan mie tadi terdapat juga tempat ganti baju walaupun tempat tersebut sangat sederhana. Trekking kali ini selesai. Kami pulang ke Jakarta.




  • Share:

You Might Also Like

0 comments