Pengalaman pertama ke Bali dan Diving di Tulamben

By rubikomugglo - November 12, 2014

Ini mungkin terjadi sekitar 23 minggu yang lalu, jujur saya sebelum peristiwa ini saya tidak berniat sekalipun untuk menjelajah Indonesia. Tapi setelah kejadian ini, saya mulai memahami bahwa Indonesia tidak hanya Jawa dan Kalimantan, saya lahir di negara yang jumlah pulaunya 17.000 lebih dan saya baru menjejakkan ke 3 pulau saja. Sungguh ironis. Perjalanan ini sungguh menjadi titik balik saya dalam mengenal Indonesia lebih dalam, lebih luas, lebih detail dan lebih dekat.


Perjalanan dari Jogja ke Bali kami tempuh dengan mobil, hampir 24 jam ! Dari Jogja saya dan abang saya pergi menjemput abang saya yang satunya di Semarang dan istri beserta anaknya, ya kali ini kita akan piknik jauh ke Bali.  Dari semarang lanjut ke Banyuwangi pada keesokan harinya, ke Pelabuhan Ketapang kalau tidak salah. Satu jam terombang ambing diatas kapal dengan awan mendung siap menurunkan hujannya. Setelah mencapai Pelabuhan Gilimanuk di bali, kami lalu berkendara menuju Denpasar menempuh sekitar 4 jam lagi, tapi tak lupa juga kami menikmati kuliner sederhana dekat dengan Pelabuhan Gilimanuk sebelum menuju Denpasar.

Perjalanan berlangsung lama, tetapi pemandangan senja Bali saat itu sangat menawan, ditemani truk-truk besar dijalanan. Sampai di tempat kita menginap yaitu PopHotel, kami langsung beristirahat tak sempat untuk berjalan-jalan lagi karena sudah terlalu lelah. Keesokan harinya, perjalanan dimulai target pertama adalah Elephant Park, perjalanan cukup lama tapi tetap menyenangkan karena pemandangan Bali sangat indah, ketika sampai ke Elephant Park tersebut saya terkejut karena pengemasan kawasan wisata disini sungguh sangat baik, rapi, bersih dan professional, memang sedikit agak mahal tetapi sesuai dengan segala fasilitas yang diberikan.




Pengalaman menaiki gajah pertama kali inipun tak mungkin saya lupakan, kulit gajah ternyata keras, dengan rambut agak jarang dan kaku seperti ijuk, mengelilingi kawasan elephant park ini tidak terlalu lama, mungkin setengah jam, setelah itu kami langsung ke destinasi kedua yakni Pantai Benoa, disini rencananya kamu mau melakukan sedikit olahraga air, entah snorkling, parasailing ataupun diving, tetapi memang manusia hanya bisa berencana, karena angin terlalu kencang kami membatalkan rencana kami, dan mencoba beralih ke tempat lain, akhirnya pilihan pun jatuh ke Tulamben.

Saya baru pertama kali mendengar nama Tulamben ini, ternyata banyak sekali tentang Indonesia yang belum pernah saya liat, dengar dan rasakan tapi merasa sudah mengenal Indonesia, sungguh kasian. Perjalanan ke tulamben sangat menakjubkan, membelah Gunung Batur, menyusuri sekitar lerengnya, hingga tak sadar kita tiba di resort sudah lebih dari isya. Kami pun mencari makan dan akhirnya beristirahat. Keesokan harinya, pagi pagi buta saya bangun, suara deburan ombak jelas terdengar, matahari belum terlihat dan itulah yang saya syukuri, saya ingin melihat dengan jelas bagaimana matahari terbit langsung dari garis horizon, saya pun langsung mencari spot terbaik untuk menikmati matahari terbit tersebut, saat itu saya masih duduk sendiri di tepi pantai. Beberapa saat kemudian datang turis dari Cina bernama Lee, dan kami berdua pun berbincang-bincang sambil menunggu matahari terbit itu.


Semburat pun muncul, kami serempak untuk berhenti berbicara dan benar benar menikmati momen tersebut. Saya lihat benar benar matahari itu muncul, dari ujung hingga ujung satunya lepas dari horizon, tidak ada gadget untuk merekam momen tersebut, tidak ada percakapan antara kami, dan pada saat itulah saya merasa saya benar benar hidup dan menikmati momen tersebut, tidak begitu lama dan akhirnya matahari sudah naik dari peraduannya, kalau dalam ilmu fotografi ada hukum yang menyebut bahwa waktu terbaik untuk memotret matahari adalah 7 menit sebelum dan setelah sunset, tapi menurut saya matahari Tulamben menawarkan lebih dari itu. Setelah agak naik barulah saya membingkai foto tersebut dan saya posting di Instagram pribadi saya.


Tak lama setelah itu, teman saya Lee langsung menggunakan dive suit dengan alat kelengkapannya, beserta dengan Guide, mereka lalu masuk ke kedalaman lautan. Saya yang tak sabar lalu mengajak abang saya untuk menyelam, setelah berkumpul semua anggota keluarga, kami lalu mendengar pengarahan dari Guide, dan pertanyaan yang paling menusuk adalah : "Bli, bisa berenang kan?" langsung merinding sekunjung tubuh, mengingat tidak pernah menyelam, menyeberang kolam renang lebar kelas olimpiade saja tidak mampu, mencoba berenang di kedalaman 3m saja tidak berani, tapi yasudah nekat sajalah bilang "Bisa !" sudah kepalang tanggung jauh jauh ke Tulamben tidak menyelam. Kami pun memakai dive suit dan alat kelengkapannya. Berjalan dengan alat selam berat juga rupanya, kami pun berjalan sedikit demi sedikit ke arah lautan, pelampung sudah diberi angin terlebih dahulu lalu kami memasang google dan fin diatas permukaan air, sangat seru !

Detik-detik paling mendebarkan adalah saat baju pelampung dibuang anginnya, dengan perlahan saya turun menuju kedalaman lautan, sungguh saya bisa merasakan detak jantung ini berdebar begitu kencang, bulu kuduk merinding karena takut tenggelam, dan masih banyak pikiran pikiran negatif lainnya yang sekilas datang dalam sepersekian detik tersebut. Setelah berusaha sebaik mungkin menenangkan diri, saya berada di dasar pantai tersebut, menunggu arahan dari Diving Buddy saya untuk menyelam lebih dalam, yang saya rasakan ternyata Diving itu seru, mendebarkan, indah, menakjubkan.


Kita mulai turun lebih dalam, disana saya melihat banyak ikan ikan dan pecahan kapal. Diving spot di tulamben ini memang terkenal karena Shipwreck / pecahan kapalnya yang sekarang telah terdapat terumbu karang diatasnya. Makin dalam dan makin lama menyelam, air masuk kedalam google saya entah kenapa, saya pun panik, mau naik ke atas sudah terlalu dalam dibawah dan tidak berani, saya pun selama beberapa menit terus meniupkan udara melalui hidung agar tetap bisa melihat. Pelajaran yang saya dapat dalam menyelam ini adalah jangan sekali-kali menyentuh karang tanpa sarung tangan, tangan saya melepuh karena menyentuh "Bulu Ayam" rasanya panas sekali !


Setelah sekitar 40 menit didalam air, kami pun naik ke permukaan, tak terasa saya bisa menyelesaikan penyelaman ini. Setelah sampai permukaan saya tak kuat untuk berdiri, lemas betul ! seperti habis semua tenaga, mulut pun kering, haus. Tapi tak apa, saya bisa menaklukkan ketakutan saya sendiri. Setelah itu, kami bersiap pulang ke Denpasar, pada saat hendak pulang kami menyempatkan diri ke pantai Kuta, tapi lagi lagi Kuta sudah terlalu ramai untuk melihat sunset, kita akhirnya pergi ke Joger dan setelah itu beristirahat dan keesokan perjalanan ini berakhir karena kami harus ke Jogja.

Berpetualanglah selagi bisa !

  • Share:

You Might Also Like

2 comments

  1. Itu foto pas dilaut pake kamera apa bro

    ReplyDelete
  2. Wow, What a Excellent post. I really found this to much informatics. It is what i was searching for.I would like to suggest you that please keep sharing such type of info.Thanks Scuba diving Bali

    ReplyDelete