#JalanJalan : Gunung Papandayan, Jawa Barat

By rubikomugglo - April 06, 2015


Setelah sekian lama menghilang, saya kembali dengan postingan baru yang bercerita tentang petualangan ke Gunung Papandayan. Dari Jogja saya dan teman teman berangkat pada siang hari, menggunakan kereta api ekonomi Pasundan. Tujuan kami adalah stasiun Cibatu di Garut, perjalanan memakan waktu sekitar 8 jam dari stasiun Lempuyangan Jogjakarta. Sesampainya kami di stasiun Cibatu jam 10 malam, kami lalu mendapat bantuan dari seorang teman bernama mas Agung yang menawarkan kami untuk beristirahat sejenak dirumahnya. Setelah kami beristirahat, pagi pagi sekali sekitar jam 4 pagi kami berangkat menuju Terminal Guntur (Garut) menggunakan angkot. Perjalanan memakan waktu sekitar 1 jam dan sesampainya di Terminal Guntur kami lalu bertemu rombongan dari Jakarta dan Bogor yang juga ingin mendaki Gunung Papandayan. Kami pun beristirahat, bersiap-siap, mandi dan sarapan sambil menunggu carteran angkot yang akan membawa kami ke Cisurupan, checkpoint berikutnya.


Dalam perjalanan kami menuju Cisurupan ada sedikit insiden, angkot kami mengalami kerusakan dan hampir menabrak rumah orang. Setelah berganti angkot kami lalu melanjutkan perjalanan dan sesampainya di Cisurupan kami berganti angkutan menjadi pickup. Dari sinilah dan menggunakan pickup inilah kami akan menuju Basecamp pendakian Gunung Papandayan. Tawar menawar pun terjadi, kami lalu naik ke atas, memakan waktu sekitar 30 menit kurang lebih.


Tak perlu berlama-lama pendakian pun dimulai, saya yang baru pertama kali ini mendaki Gunung di Jawa Barat sungguh takjub dengan ramainya orang yang berniat mendaki gunung Papandayan ini, menurut informasi yang saya dapat ada sekitar 8000an orang mendaki Papandayan pada hari itu. Pada awal pendakian yang kami temukan adalah trek berbatu dengan pemandangan kawah belerang disebelah kiri trek pendakian. Beberapa kali kita harus sedikit menahan nafas karena aroma belerang yang menusuk hidung dan beberapa kali juga kita harus memberikan jalan kepada motor trail yang sering lalu lalang di trek.


Setelah menghabiskan trek berbatu, trek selanjutnya adalah tanah dengan tingkat elevasi yang lumayan tinggi. Menurut saya yang paling melelahkan adalah di bagian ini, karena dengan elevasi yang tinggi ditambah beban carrier yang lumayan, sungguh menguji kaki. Sekitar 2 jam pendakian kami tempuh dan akhirnya kami sampai di tempat camp dibawah pondok saladah. Kami pun menginap disini karena pondok saladah sudah penuh dengan tenda. Perut sudah meminta makan daritadi, kami membuat tenda dan mempersiapkan makan siang. Setelah puas makan, kami beristirahat dan siapa sangka hujan pun turun. Papandayan sungguh dingin sampai menusuk tulang tapi itu bukan alasan untuk mengganggu istirahat kami.



Esoknya pada dinihari, kami mempersiapkan bekal untuk perjalanan ke puncak. Tetapi keadaan masih sedikit mendung, sehingga kami sedikit menunggu agak siang siapa tahu nanti keadaan menjadi lebih terang. Saya melihat ray of light yang sangat indah pada saat perjalanan ke puncak, tidak kurang banyak pemandangan indah yang saya dapat ketika diperjalanan.


Sesampainya di pondok saladah kami melanjutkan perjalanan menuju hutan mati. Gunung Papandayan ini memiliki 2 ikon, yang pertama adalah Hutan Mati dan yang kedua adalah Taman Edelweiss. Perjalanan menuju Hutan Mati ini agak sulit dikarenakan trek berlumpur sebab hujan semalam, beberapa kali kami terpeleset, habis sepatu kami dipenuhi dengan lumpur. Hutan ini sangat indah, mistis juga, saya sungguh takjub dengan banyaknya pohon yang mati dan hanya meninggalkan ranting sebagai bukti hidupnya.


Setelah menikmati Hutan mati, kami lalu naik mengikuti trek menuju Tegal Alun. Trek ini juga mempunyai elevasi yang lumayan tinggi, kombinasi lumpur dan tanah. Sekitar beberapa puluh menit kami naik, dan akhirnya kami sampai di Tegal Alun. Hamparan Edelweiss menyapa kami bersahaja, bunga kecil nan indah yang hanya tumbuh di ketinggian. Di Tegal Alun dilarang untuk mendirikan tenda, mungkin agar kondisi Edelweiss tidak rusak dan terjaga keindahannya. Saya tidak melanjutkan perjalanan ke puncak Papandayan, saya berhenti disini dan menikmati pengalaman ini, Edelweiss yang tak terhingga jumlahnya. Setelah itu kami turun dan pulang kerumah. Perjalanan ini saya menghabiskan biaya sekitar 400 ribu Rupiah. Lumayan memang, tapi sebanding dengan indahnya Papandayan.


  • Share:

You Might Also Like

3 comments

  1. Dari setasiun cibatu ke camp david habis berpa ya ?
    Trimakasih

    ReplyDelete
  2. dari lempuyangan- ke cibatu bisa langsung kah? naik nya kereta apa yak?
    klo langsung ke statiun guntur dr solo bisa ndak yak? :D
    mksih

    ReplyDelete
  3. wah nama saya kesebut ,hahaha udah lama ini kejadian baru kebaca hahahahaha

    ReplyDelete