Cerita disetiap Sesap Beras Kencur

By rubikomugglo - October 27, 2016


Jamu, minuman tradisional asli Indonesia yang telah turun hadir dalam kehidupan masyarakatnya. Jamu biasanya terbuat dari akar-akaran, dan daun-daunan. Biasanya juga ditambahkan telur sebagai pelengkap rasa dari jamu tersebut. Jamu mempunyai rasa yang beragam, tetapi kebanyakan memang rasanya pahit dan sebagai pemanis biasanya ditambahkan madu, anggur ataupun wedang jahe. Anggur dan wedang jahe tidak hanya berfungsi sebagai pemanis tetapi juga bisa sebagai penghangat tubuh akan cuaca dingin.

Jamu pada saat ini dijual dengan berbagai macam ragam, ada yang serbuk, ada yang kemasan, ada yang digendong oleh mbok jamu-nya, ada juga yang dibuat langsung dengan tangan, sama seperti gambar diatas. Di Jogja sendiri, masih sering saya temui penjual jamu gendong, jamu engkol (mengunakan sepeda), dan tentunya bakul jamu pinggir jalan seperti ini. 


Jamu memang terkenal sebagai minuman kesehatan dikarenakan banyak manfaat yang didapatkan tubuh setelah meminum minuman ini. Pembuatan jamu terkenal dengan ke-tradisionalannya sehingga tidak mencampurkan bahan kimia apapun dalam setiap campurannya. Pemanis dalam jamu juga dibuat dengan bahan-bahan alami. Manfaat minum jamu sangatlah beragam, dari sebagai obat pegel linu, penambah nafsu makan, penghilang capek dan pegal, pengusir masuk angin dan masih banyak manfaat lainnya.




Saya sendiri sangat menggemari jamu, dalam seminggu minimal satu kali saya menyempatkan diri untuk datang ke sebuah bakul jamu dan meminum langsung ditempat tersebut. Ketika datang ke tempat tersebut, sudah banyak orang mengantri antrian jamu. Saya dengan seksama melihat bagaimana cekatannya ibu itu meracik jamu buatannya. Ia lalu mengambil adonan jamu, lalu menambahkan sedikit air, mengaduknya, menambahkan perasan jeruk dan meremas beberapa butir asem. Setelah itu ramuan itu disaring beberapa kali sebelum dipindah ke gelas kan ditambahkan sedikit madu. Aroma semerbak wangi jamu terus tercium di hidung saya, membuat saya makin tak sabar menunggu jamu giliran saya.


Ketika saya memperhatikan baik baik, ada hal unik yang saya lihat. Ternyata bakul jamu ini tanpa menu. Mungkin benar kata Sherlock Holmes, "you see but you did not observe". Hal ini menjadi unik karena kebiasaan kita pada saat ini ketika berada di warung pastilah langsung mencari menu. Melihat apa yang dijual di dalam menu tersebut dan memesannya, tetapi itu semua tidak ada di tempat ini. Untuk memesan, harus ada interaksi antara penjual dan pembelinya. Mereka berbicara terlebih dahulu, ingin jamu yang seperti apa? menggunakan telur apa tidak? para pembeli juga bisa menanyakan khasiat dari jamu yang diinginkan kepada penjual. Semua terjadi secara cair dan mengalir, sampai sampai berulang kali saya temukan pembeli yang bilang "Bu, biasa nggih, minum sini". Tidak ada nama jamu yang terucap, tetapi kedua belah pihak sudah tau jamu apa yang ada di benak mereka.

Sambil menikmati beras kencur yang saya pesan, saya terlarut pada nikmatnya momen tersebut. Sedikit berbicara kepada pembeli yang lain, dan ternyata benar ia adalah pelanggan setia bakul jamu tersebut. Beberapa gelas diteguknya ditempat dan beberapa bungkus jamu dibawa pulang untuk diberikan ke anaknya. Obrolan yang hangat memang menambah nikmatnya jamu yang disesap. Setelah puas berbincang, saya memutuskan untuk pulang dengan membawa pemahaman bahwa jamu akan tetap jamu, kadang manis, cenderung pahit dan yang membuat nikmat adalah cerita yang ada dalam setiap gelas jamu tersebut. 

  • Share:

You Might Also Like

0 comments