24 Jam yang Berkesan, Susah Senang Melihat Coldplay di Singapura

By rubikomugglo - April 16, 2017


Sebelum mulai menulis, saya ingin bertanya "Pernah gak sih kalian ngerasain mimpi yang bener bener kalian pingin jadi kenyataan?". Kalau kalian pernah, maka bersyukurlah. Baru-baru ini, mimpi yang benar benar saya inginkan dari dulu akhirnya menjadi nyata dan rasanya luar biasa, sampai merinding!. Mimpinya sebenarnya gak muluk-muluk, hanya melihat sebuah konser grup band, sederhana, kan? Yap, saya dari dulu, dari tahun 2011 menyukai sebuah band Inggris bernama Coldplay. Masih teringat lagu yang membuat saya jatuh cinta kepada mereka adalah "Every Teardrop is a Waterfall", sebuah lagu di album Mylo Xyloto yang menurut orang kebanyakan "seperti bukan Coldplay" karena banyak efek baru yang muncul. Namun, lagu itu benar benar indah menurut saya.

Semenjak itu, barulah saya mendengarkan lagu lagu dan album mereka. Mereka memang mempunyai lagu lagu yang bagus dan lebih terkenal seperti "Fix You, Viva La Vida, The Scientist, Yellow", tetapi rasanya tidak terlalu "nyangkut" di telinga saya. Lagu lawas mereka yang saya sukai malah yang jarang terdengar di radio, semacam "Strawberry Swing, dan Warning Sign".

Hari, bulan dan tahun berganti, saya semakin suka dengan aksi panggung mereka. Hampir setiap hari saya melihat mereka via Youtube. Menikmati live performance dan beragam konsernya di Live 2012, Rock in Rio, Unstaged, Glastonbury, T Park, Ghost Stories, dan masih banyak lagi. Rasanya tak pernah bosan karena performa mereka memang luar biasa.

Tak terasa, 6 tahun sudah saya menikmati penampilan mereka via dunia maya dan alangkah kagetnya saya pada tahun 2017 ini ada rumor yang mengatakan bahwa mereka akan datang ke Indonesia dalam rangka Tur South East Asia. Mendengar hal itu, rasanya senang bukan kepalang namun ternyata itu hanya HOAX belaka. Sampailah pada suatu hari situs resmi Coldplay mengunggah jadwal mereka tur ke Asia Tenggara, dan itu benar benar terjadi ! Walau Indonesia tidak masuk ke dalam daftar negara yang mereka kunjungi, namun itu sudah cukup. Dalam hati, saya berkata bahwa saya harus bisa menonton mereka langsung. Negara yang menjadi target utama adalah Singapura, karena negara itulah yang paling dekat dan familiar, serta berada pada jadwal yang paling awal.



Pembelian tiket konsernya ternyata sangat sulit ! Layaknya perang saat menentukan mengambil mata kuliah dosen favorit, siapa cepat dia dapat. Portal dibuka dari jam 9 waktu Indonesia namun sejak jam 8, kita sudah disuruh mengantri di ruang virtual. saya pun akhirnya pulang dengan tangan hampa, semua tiket Sold Out ! sedih bukan main. Beruntungnya, promotor berhasil bernegosiasi dengan Coldplay untuk melakukan show tambahan. Saya dan teman-teman merancang strategi bagaimana caranya untuk yang ini harus berhasil. Sejak jam 7 pagi, saya sudah masuk ke website mereka dan satu jam kemudian masuk ke ruang tunggu virtual. Teman saya juga melakukan hal yang sama. Bedanya, saya kekeuh mengincar show tanggal 1 April dan teman saya mencari tiket tanggal 31 Maret. Kami berdua masuk ke laman pembelian, kami lalu bingung antara membeli tanggal 31 atau 1, dan untungnya laman yang saya buka crash sehingga teman sayalah yang akhirnya membeli. 3 buah tiket seated dengan harga yang paling murah. Ah ! sudah cukup ! tiket sudah di genggaman.

Masalah pertama mulai datang, jadwal ujian saya hanya selisih satu hari dengan waktu show mereka. Oleh karena itu, saya menunda membeli tiket pesawat serta hotel. Berharap ujian diundur, tetapi tetap saja tidak mungkin. Akhirnya, terlena karena mempersiapkan diri untuk ujian tiketnya lupa dipesan. Sampailah H-4 dan saya belum memegang apapun. Ketika melihat harga tiket AirAsia saat itu, ingin rasanya berkata kasar! Jogja-Singapore tidak PP dibanderol Rp. 3,5 juta ! biasanya dari Jogja-Sngapore PP bisa didapat dengan harga Rp. 1,5 juta. Mau tidak mau, dikarenakan kesalahan sendiri saya mencoba mencari alternatif dan pilihannya jatuh pergi via Batam. Harganya lumayan murah, Jogja-Batam PP seharga Rp. 2 juta. Sayangnya, saya tidak mendapatkan hostel yang murah dikarenakan penuh.



Tanggal 31 pagi, saya berangkat dari Jogja dengan tidak mempunyai penginapan di Singapura. Ah, tapi biarlah ! menonton Coldplay itu yang utama, soal tidur bisa dimana saja. Perjalanan ke Batam menghabiskan 2 jam menggunakan pesawat Lion Air, sesampainya di Hang Nadim saya lalu bergegas turun dan mencari moda transportasi untuk ke Pelabuhan Batam Center. Pilihanpun jatuh kepada Bus Damri karena menghabiskan biaya yang paling murah. Tiketnya kalau tidak salah sekitar 25 ribu, lalu berhenti di Kepri Mall lalu pindah menaiki Trans Batam yang harganya sangat terjangkau, Rp. 4ribu. Sesampainya di Batam Center, segera saya membeli tiket, makan dan menukar uang. Tiket yang saya beli adalah Batam Center - Harbour Front PP seharga Rp. 360 ribu, menggunakan kapal Majestic. Perjalanan laut itu menghabiskan waktu sekitar 1,5 jam, namun tak usah khawatir karena fasilitas kapal ini sangat mengagumkan, kursi empuk, AC dingin, WC bersih wangi. Nyaman !


Kapal penuh sesak, dan tak menyangka banyak artis Indonesia juga melakukan hal yang sama. Berangkat menuju Singapura via Batam. Sempat saya melihat Rayi "Ran", Haykal Kamil dan istri, Sophie Navita, serta Ferry Ardiyansyah. Tapi dari banyaknya artis yang saya lihat tadi, tidak ada satupun yang saya mintai fotonya. Masalah selanjutnya datang, Pelabuhan Singapura penuh, kami harus mengantri sekitar 30 menit ditengah laut dan 30 menit lagi untuk menunggu ruang Imigrasi bisa kami masuki. Sesampainya di dalam kantor Imigrasi, antrian mengular. Banyak sekali orang Indonesia yang datang. Kali ini benar benar saya dibuat frustasi karena mengantri, kurang lebih 2 setengah jam saya tertahan di pelabuhan tersebut.


Saya berhasil keluar dari Harbour Front sekitar pukul 16.30, padahal Open Gate konsernya dimulai pada pukul 6. Tak ayal, saya lalu berlarian sekencang mungkin untuk bertemu teman saya di sekitar Lavender Station karena tiket mereka saya yang pegang. Parahnya lagi, saya tidak bisa dihubungi karena tidak membeli paket telepon. Sepanjang perjalanan, sambil berlari saya mencari wifi gratis untuk bisa menguhbungi teman saya tadi. Benar saja, saat terkoneksi dengan wifi ratusan chat masuk dan menanyakan dimana keberadaan saya. Setelah berbicara sebentar, akhirnya kami sepakat untuk bertemu di hostel yang ia tempati, Dalam pikiran saya, hostelnya tak jauh dari Stasiun MRT Labender, tapi kenyataannya cukup untuk membuat seluruh badan mandi keringat karena berlari. Diburu oleh waktu, kami tak sempat ngobrol banyak, hanya saling sapa dan langsung kembali lari ke Stasiun MRT agar bisa secepatnya sampai stadiun.




Sesampainya disana, gate sudah dibuka dan untungnya penyelenggaraan konser Coldplay ini sangat rapi dan profesional. Kami tidak sulit mencari gerbang dan tempat duduk. Konser pun dimulai dan itu sangatlah magis ! Seluruh stadiun menjadi gelap dan gelang ditangan kami berkilau bergantian, indah sekali. Konser dibuka dengan lagu "A Head Full of Dreams", seluruh stadiun berteriak kegirangan, ditambah dengan confetti yang berterbangan, semua sempurna. Untunglah saya berada di tribun atas, saya bisa melihat samudra warna yang indah, berbagai warna-warna muncul dari gelang kecil yang kami pakai. Lagu favorit saya, dimainkan pada urutan ke 3. Senangnya bukan kepalang, saya teriak sekencang-kencangnya, joget sepuasnya, bertepuk tangan layaknya orang gila ! Bulu kuduk saya berdiri sepanjang lagu, seakan tak percaya hal yang biasa saya lihat via dunia maya menjadi nyata didepan mata, secara langsung.





2 jam konser sungguh tak terasa, Coldplay menghipnotis kami dengan lagu lagunya yang fenomenal, seperti Fix You, The Scientist, Yellow, Clocks, Viva La Vida, A Sky Full of Stars, Magic dan masih banyak lagi. Beberapa lagu baru pun dibawakan seperti Hymn for the Weekend, Everglow, dan Something Just Like This. Tapi dari seluruh lagu yang dibawakan, lagu yang mempunyai lightshow paling baik adalah Charlie Brown dan Paradise. Stadiun yang gelap dipenuhi beragam warna, bergerak layaknya bintang. Saat Up and Up dimainkan, kami tahu bahwa itu adalah lagu terakhir dan sangat disayangkan ini sudah harus berakhir. Tapi sungguh kami tak rugi, kalau saya bilang 2 jam itu adalah hal terindah yang terjadi dalam hidup saya di tahun ini. Benar benar indah ! Mungkin itu juga yang dipikirkan oleh kedua teman saya yang lain.

Pulangnya, saya langsung mengantarkan teman saya kembali ke Hostel untuk beristirahat. Namun, entah memang hari itu memang jatahnya saya mendapat ujian atau apa, saya ketinggalan MRT terakhir untuk pulang ke Hostel saya. Oh iya, saya akhirnya mendapatkan hostel dikarenakan ada teman satu daerah yang juga menonton dan mempunyai 1 kasur kosong. Sungguh beruntung ! Karena sudah tidak mungkin menggunakan MRT, kami akhirnya mencari Bus untuk mengantarkan saya ke MRT Bugis, namun dasarnya apes, saya mengambil arah bus yang berlawanan. Akhirnya saya nyasar entah kemana, ketika melihat Google Maps, wilayah itu sudah agak di utara Singapura. Yang membuat sedih adalah, ini bukan kali pertama saya ke Singapura tapi masih saja nyasar, ditambah tidak ada armada bus lagi yang bisa mengantarkan saya ke tengah kota karena itu sudah jam 2 pagi ! iya, saya nyasar di negara orang sendirian jam 2 pagi ! ditambah kelelahan karena mengantri, lari kesana kemari, teriak dan loncat loncatan selama konser, lengkaplah sudah.

Tak kehabisan akal, saya mencari taksi. Ini benar benar pilihan terakhir dan karena frustasi. Saya harus istirahat karena benar benar lelah. Ongkos taksi di Singapura cukup mahal, mungkin 15 menit berkendara tarifnya sekitar Rp. 150  ribu, namun pengendaranya sangat ramah, orang Singapura asli. Sesampainya di hostel, mungkin sekitar pukul 2.30 pagi, saya lalu mandi dan upload ! ya, sebagai orang Indonesia yang senang berbagi, kita harus berbagi momen bahagia, bukan? Kurang lebih saya tidur sekitar pukul 3,30 pagi.

Pukul 07.00 pagi, saya terbangun karena memang kebiasaan saya yang tidak bisa bangun siang. Rasanya badan mau lepas, tapi ya mau bagaimana lagi langsung sajalah ambil sarapan dan check out. Teman saya juga sudah mengajak saya jalan jalan keliling Singapura. Rencana hanya tinggal rencana, awalnya ingin berkeliling Singapura tapi karena badan sudah kelewat lemes akhirnya waktu itu kami habiskan saja dengan ngopi di Changi, sungguh perjalanan yang tidak biasa karena ngopi di Starbucks tak perlu jauh jauh ke Singapura, cukup pergi ke Jalan Kaliurang, Jogjakarta disana ada. Teman saya akhirnya pulang ke Jakarta via pesawat dan saya akhirnya harus kembali ke pelabuhan karena tiket pulang saya lewat Batam.


Sungguh 24 jam yang berkesan, seperti menaiki sebuah roller coaster, ada turun naik. Perjalanan yang ribet dan melelahkan, namun konser yang sangat membahagiakan dan bisa melihat itu dengan teman semasa sekolah menengah, sungguh tak bisa dilupakan. Ah, kalau disuruh melihat Coldplay lagi, tak akan saya pikir 2 kali. Akan saya terima, sesulit apapun perjalanannya. Karena perjalanan yang sulit itulah yang memberikan kesan yang mendalam, bukan?

Kredit Foto : Hanna Meylona Rosaline Sianturi

  • Share:

You Might Also Like

1 comments