Mengejar Matahari Terbit di Sikunir

By rubikomugglo - September 16, 2015


Sebenarnya perjalanan ini sudah dilakukan lama sekali sebelum saya ke Singapura, Malaysia, Jakarta, Bogor, FKY, dsb. Perjalanan ini terjadi karena saya, Mas Rapli, Saiful dan Mbak Diana ingin plesir, sekaligus punya niat untuk njemput Jef Santos dirumahnya di Dieng. Tanpa banyak ba bi bu, kami langsung aja tancap menggunakan motor dari Jogja sekitar pukul 9 malam. Jalanan pada malam itu sangat lancar, tidak rame, enak untuk ngebut, sedikit demi sedikit kami sudah ganti kota, ganti alun-alun, tercatat kami melewati 3 alun-alun selama perjalanan. Beberapa kali berhenti di SPBU untuk mengisi bensin dan beristirahat. Salah satu kesalahan saya adalah karena belum tau medan, sehingga persiapan kurang matang, walau sudah pakai jaket, sarung tangan, kaos kaki, dinginnya masih tembus sampe ke tulang, kulit menjadi keriput, dingin banget ! Kami sampai rumah Santos sekitar pukul 12.30 dinihari, pintu rumah baru dibuka saya langsung masuk dapur cari api dan akhirnya dibuatkan api unggun sama yang punya rumah. Setelah minum, makan, kami lalu tidur, seingat saya saat itu pukul 01.30.


Kami bangun pada pukul 03.30 pagi, sedikit lebih awal karena rumah Santos masih agak jauh dari puncak Sikunir, kami akhirnya berkendara lagi menuju lokasi trekking puncak Sikunir. Dieng dinginnya memang bukan main, baru sebentar keluar rumah saya langsung menggigil kedinginan sedangkan yang lain cengangas cengenges saja hehe. Sampai ke parkiran, ternyata sudah banyak orang yang datang, sangat penuh, banyak orang yang membuat tenda dan tidur disekitaran parkiran Sikunir. Kami lalu mulai trekking, treknya menurut saya ringan, sedikit mendaki, tapi yang harus diwaspadai adalah debu yang berterbangan, lain kali kalau kesini persiapkan masker ataupun buff. Kira-kira setengah jam trekking kami sudah di puncak Sikunir.. Karena masih lumayan sepi, kami lalu mencari spot yang paling enak untuk melihat matahari terbit. Tak lama berselang matahari pun terbit, indah sekali. Tak salah banyak situs menasbihkan sikunir merupakan salah satu spot sunrise terbaik se-Asia Tenggara.


Jangan lupa membawa bekal air dan makanan ya, tapi jangan buang sampah sembarangan. Kalau pagi memang ada bapak-bapak yang jualan kopi diatas, tapi saya gak tau apakah setiap hari buka apa tidak. Setelah foto, foto kami langsung kembali kerumah Santos, buat makan nasi. Menurut orang Indonesia itu belom makan namanya kalau belom makan nasi hehe.


Sesampainya dirumah santos, kami lalu dimasakin Rendang Kentang. Sebuah kuliner khas Dieng, bahan dasarnya kentang dan bumbu-bumbu. Setelah saya tanya tanya ternyata di sekitar dieng ini banyak yang menanam kentang untuk dijual. Kentang-kentang yang besar kemudian diambil, biasanya oleh supermarket, pengepul, ataupun pengekspor. Yang kecil-kecil biasanya diolah menjadi rendang kentang ini, sebagai penghasilan tambahan. Panganan ini banyak ditemui kalau kita ingin trekking ke Sikunir.


Selagi teman saya masak Rendang Kentang, saya ngalih sedikit dan membuat kopi untuk  teman-teman saya. Yang saya seduh ini kopi dari solok, metodenya tubruk. Saya hanya kasih untuk ke teman-teman saya bahwa kopi itu gak selalu pahit, dan mereka terkesima. Temen-temen saya nyeduh juga, tapi white coffee dan abc mocca, itu sachetnya ada di gambar hehe.


Setelah makan dan sebagainya, jangan lupa jalan jalan dikawasan Dieng ini. Gak cuma punya sikunir loh, tapi juga ada candi Arjunanya, ada kawah belerangnya, ada telaga warnanya. Silahkan pilih mana yang kamu suka, kalau punya banyak tenaga jelajahi saja semua. Yang saya pilih adalah candi Arjuna, yang kemaren jadi tempat Dieng Culture Festival 2015 dan kami yang kelelahan ini pun tidur di atas rumput candi ini. 

  

Kami tidak punya banyak waktu, karena besoknya akan kembali beraktifitas, sebagian harus masuk kerja. Kami pun berangkat pulang, soal biaya saya rasa empat orang ini maksimal mengeluarkan 100.000 rupiah, tapi menurut saya gak sampe sih. Biaya yang paling besar adalah bensin. Saat pulang jangan lupa mampir di alun-alun kota yang kita lewati, senja di Alun-Alun Temanggung ini indah bukan? kalau ada suasanya yang indah tak ada salahnya untuk berhenti sejenak dan menikmati keindahannya.







  • Share:

You Might Also Like

0 comments