Pengalaman Umroh : Mekah dan Makelar Hajar Aswad

By rubikomugglo - January 24, 2016


Melanjutkan tulisan mengenai pengalaman umroh di Madinah, kali ini perjalanan berlanjut ke Mekkah. Perjalanan kami lanjutkan menggunakan bus, tetapi sebelum itu kami melakukan ziarah wada (ziarah perpisahan) ke makam Rasulullah. Sewaktu kita datang ke Madinah kita melakukan ziarah, dan sewaktu ingin keluar dari madinah juga ziarah. Sekitar siang hari setelah makan kita lalu menaiki bus, perjalanan panjang ini menghabiskan sekitar 6 jam perjalanan. Dalam perjalanan tersebut kami sudah menggunakan kain Ihram dan disempatkan berhenti di Masjid Bir Ali, mengambil niat umroh dan berihram. Kalau sudah berada di keadaan Ihram, kita tidak boleh memakai pakaian berjahit, tidak boleh menggugurkan rambut, tidak boleh membunuh binatang, tidak boleh berkata kasar, tidak bolehnya banyak. Saya pribadi nggak terlalu masalah dengan masalah tersebut, tapi karena biasanya itu pake sempak dan ini gak pake sempak, jadinya risih gitu.


Sesampainya di hotel, kami hanya berhenti untuk makan dan menaruh koper, setelah itu dengan badan yang masih lelah dan mata yang mengantuk kami langsung ke Masjidil Haram untuk melakukan ibadah Umrah meliputi Thawaf, Sa'i, dan Tahalul. Dengan bimbingan dari muthawif kami melakukan putaran 7 kali berlawanan dengan arah jarum jam, dengan ka'bah selalu berada di kiri kita, sesekali melambaikan tangan ke arah hajar aswad, dan membaca doa-doa yang kita tahu, setelah 7 putaran, kami lanjutkan sholat sunnah thawaf, minum zamzam, lalu menuju bukit safa dan marwa untuk melakukan sai. Sai juga dilakukan dengan 7 putaran, dimulai dari Safa selesai di Marwa, setelah itu kami pun potong rambut (tahalul), banyak yang memotong rambutnya sampe botak, tapi saya tidak, saya potong sedikit saja, secukupnya. Karena ibadah kita itu dilakukan setelah perjalanan panjang, maka lelahnya badan pun sangat terasa, ditambah dengan jauhnya jarak masjid dari hotel, banyak orang yang sudah tua jatuh sakit, sehingga malah jarang pergi ke masjid, sangat disayangkan,bahkan ada dari kelompok saya yang sampai meregang nyawa, karena penyakitnya kumat. Semoga mendapatkan surga karena bisa wafat ditanah haram. Amin. Jangan lupa untuk membawa obat, vitamin, madu sebagai pelembab bibir, semua ini penting karena badan benarbenar harus fit untuk melakukan ibadah umrah.


Banyak yang menarik dari Mekah dan Masjidil Haramnya, ya ka'bahnya, hajar aswadnya, hijr ismalilnya, safa marwanya. Jujur saya sangat merinding takjub melihat bentuk ka'bah ini, biasanya hanya saya lihat di gambar, di sajadah mesjid mesjid, tapi ini saya lihat langsung, dan ketika sholat mata saya tidak pernah melihat kebawah, tapi saya lihat benar ka'bah ini saking takjubnya. Di masjidil banyak tempat yang mustajab untuk memanjatkan doa, banyak orang mencium ka'bah, memagangnya, menangis didepannya, tapi ada satu hal yang tidak bisa lepas dari perhatian saya yakni hajar aswad, selalu ramai dengan orang yang ingin menyentuhnya dan menciumnya. Konon katanya dulu hajar aswad itu batu berwarna putih, lalu berubah menjadi hitam seiring dengan banyaknya manusia yang menciumnya, ada yang bilang kalau hajar aswad menyerap dosa manusia dan akan semakin hitam dari hari ke hari, bentuknya hitam dan agak cekung terletak di sebelah pintu ka'bah.


Saya sungguh penasaran dengan bagaimana bentuknya batu tersebut, sukur sukur bisa memeganynya ataupun menciumnya. Di dua hari terakhir saya di Mekah, saya benar benar berusaha untuk menuju batu tersebut. Terlalu banyak orang yang ingin melakukan hal yang sama, dan semua berdorong-dorongan, sangat menguras tenaga. Saya berkali kali keluar dari kumpulan dengan badan lusuh karena penuh keringat, lemes karena terhimpit gedenya orang orang arab. Akhirnya saya riset, tanya tanya orang bagaimana caranya, akhirnya ada yang memberikan tips yakni jangan membawa apapun kecuali badan, lalu mengendap endap dari pojok ka'bah, kalau rejekinya ada, momennya dapet, ya dapetlah itu hehe. Ketika saya berusaha beberapa kali dan hampir menyerah, tiba tiba ada orang Indonesia tampak seperti santri mendekati saya lalu berkata, "Mas mau dianter ke hajar aswad?" lalu saya pun menolak tawaran tersebut. Beberapa saat setelah itu, saya pun menyerah dan kembali ke hotel. Besoknya saya bisa menyentuh hajar aswad dan menciumnya. Tak terasa saya pun sudah harus berpisah dengan Mekah dan saya menuju rumah. Saat di bandara, seperti biasa kami bercerita dengan jamaah lain tentang pengalaman ibadah kita, saat saya bercerita tentang Hajar Aswad, ada satu jamaah yang nyeletuk, "Wah saya juga ditawari mas? saya terima lalu saya diantarkan, setelah diantarkan dia meminta 100 Riyal, saya gak punya uang, saya kasih 50 Riyal. Ternyata Makelar Hajar Aswad". Saya merasa kasihan, tapi juga bersyukur karena saya tidak kena. Saya lalu teringat kata CakNun bahwa orang Indonesia itu bisa menggabungkan sifat setan dalam malaikat dengan luwes. Saya sampe sekarang masih geleng geleng, di Masjidil Haram, di Masjid yang paling agung, yang ada ka'bahnya, yang kalau berbuat baik nilainya 100.000 lebih baik dari masjid lain, orang Indonesia dengan tenang jadi Makelar di Hajar Aswad, Salut ! AHAHAHAHAHA

  • Share:

You Might Also Like

0 comments